Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Kehidupan Kian Bebas, Remaja Milenial Kendari Digembleng Lewat Genre

305
×

Kehidupan Kian Bebas, Remaja Milenial Kendari Digembleng Lewat Genre

Sebarkan artikel ini
Wulan AMALIA Putri, S.S.T (Pemerhati Masalah Sosial)
Wulan AMALIA Putri, S.S.T (Pemerhati Masalah Sosial)

TEGAS.CO., NUSANTARA – Generasi muda sebagai penerus bangsa, memiliki peran yang sangat besar di masa mendatang. Untuk itu, banyak “modal” yang harus mereka miliki agar dapat mengisi keseharian dengan kegiatan bermanfaat, baik bagi diri sendiri, keluarga dan juga negara tentunya.

Penguatan nilai-nilai kehidupan yang positif sangat dibutuhkan oleh generasi milenial ini. Seluruh pihak pun harus berperan, terutama pemerintah. Berkaitan dengan hal itu, Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir, pada 13 November 2020 telah mengukuhkan Forum Generasi Berencana (GenRe) Kota Kendari periode 2020-2022 di Hotel Claro Kendari. Forum genre ini akan melaksanalan program “4G” (GenRe Goes To School, GenRe In Media, GenRe In Media, GenRe Be Inspiring dan GenRe Social).

Wali Kota Kendari berharap melalui program GenRe, akan muncul generasi yang memiliki mental, berkarakter dan dapat berkontribusi dalam pembangunan. “Di GenRe, para remaja diarahkan menjadi remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam pembangunan. Mereka juga akan dibekali cara menyusun masa depan mulai pendidikan, karier, pekerjaan dan menikah sehingga terhindar dari pernikahan dini, seks pra nikah serta narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif (NAPZA),” kata Sulkarnain. (Kendaripos,14/11/2020).

Potret Buram Kehidupan Remaja

Tak dapat dipungkiri, kehidupan remaja masa kini kian mengkhawatirkan. Melalui data yang diuraikan oleh Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir, diketahui bahwa dari 43,453 jumlah remaja, 357 diantaranya (0,82%) melakukan pernikahan di usia dini, data penyalahgunaan narkoba per Oktober 2020, dari 44 pecandu, 41 diantaranya (93%) berasal dari kaum remaja dan data penderita HIV/AIDS per Oktober 2020, daru 67 kasus HIV/AIDS, 18 diantaranya (27%) adalah usia remaja.

Masih menurut Wali Kota, remaja Kendari saat ini dihadapkan pada 3 (tiga) permasalahan utama yaitu pernikahan dini, sex pranikah dan Napza. “ Saya berharap Forum GenRe ini dapat memberikan edukasi mengenai Triad KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan tiga resik yang akan dihadapi oleh remaja di Kota Kendari yaitu pernikahan usia dini, sex pranikah dan Napza,” harapnya.

Bukan saja di Kendari sebenarnya, kondisi remaja di Indonesia pada umumnya dalam keadaan yang memprihatinkan. Fakta bahwa remaja dalam keadaan yang buruk terpampang nyata dalam keseharian. Banyak remaja yang terjebak dalam kehidupan yang hedonis dan bebas.

Banyak pemuda yang terpapar free sex hingga berujung hamil di luar nikah dan kemudian nekat melakukan aborsi hingga mutilasi. Dilansir dalam tirto.id bahwa Pengadulan Agama Jepara, Jawa tengah, mencatat ada 240 permohonan dispensasi nikah lantaran anak belum gena 19 tahun sesuai aturan baru. Tercatat hamil terlebih dahulu dengan jumlah berkisar 50-an persen.” (tirto.id,26/7/2020)

Melihat data-data ini, jelas sekali bahwa kehidupan remaja sedang terancam. Degradasi moral dan akhlak membayangi masa depan kaum milenial. Berkaitan dengan masalah ini, menyalahkan remaja saja tentu tidak tepat. Sebab kehidupan remaja diisi dengan berbagai faktor.

Minimnya pendidikan agama, pengawasan keluarga yang kurang, masyarakat yang semakin individualis dan suasana pergaulan masyarakat yang semakin cuek dan cenderung kapitalis tentu saja berperan dalam menghasilkan kehidupan remaja yang buram tadi.

Memang, kaum milenial memiliki tantangan untuk masa depannya. Namun, tantangan ini bukanlah hal yang bisa dihadapinya sendiri. Bukan saja harus dipahami oleh individu, tetapi juga harus dipahami dan melibatkan orang tua (keluarga), sekolah (pendidikan), masyarakat dan negara.

Karena itu, masalah remaja ini tidak cukup hanya dengan membentuk karakter generasi milenial secara individual tetapi harus dibarengi dengan pembentukan karakter pada segala lini kehidupan masyarakat dan bangsa ini.

Karakter Remaja Religius

Pembentukan karakter remaja yang berbasis liberalisme atau kebebasan tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali sifat individualisme dan ‘semau gue”. Hal ini disebabkan oleh terpisahnya kehidupan remaja dengan keberadaan Allah SWT, Sang Pencipta. Seolah-olah bahwa kehidupan keseharian terpisah dari unsur ibadah seperti Shalat, puasa dan zakat. Padahal keterikatan pada aturan Allah SWT harus melekat dalam setiap aktivitas manusia.

Berbeda dengan Islam, pembentukan karakter dalam Islam sudah dimulai sejak dini dengan 3 (tiga) tahapan yakni untuk anak usia balita, pra balig dan baligh. Masa balita adalah fase mengisi “lumbung cinta”. Karena itu anak-anak di bawah usia 6 tahun tidak boleh diperlakukan dengan kekerasan. Sebab menurut penelitian, perkembangan emosional anak berkaitan dengan rasa bersalah baru sempurna ketika anak usia enam tahun. Karena itu, pada masa ini anak harus dipenuhi dengan cinta.

Pada masa pra baligh, anak-anak lebih diajarkan mengenai adab dan motivasi menuntut ilmu. Usia pra baligh dalam perspektif ulama fiqh sebagai standardisasi anak untuk menjadi mukalaf atau tidak dijadikan sebagai tanda kedewasaan anak dalam berpikir. Usia pra balig ini adalah usia sebelum 15 tahun.

Pendidikan mengenai dasar-dasar ibadah sampai pemisahan tempat tidur diajarkan di usia prabaligh. Dalam hadist, Rasulullah SAW menyampaikan: “Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, di berkata: Rasulullah SAW berkata: “Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat, sedang ia berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkannya, sedang ia berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah di antara mereka dari tempat tidurnya.” (HR. Imam Abu Daud)

Sedangkan usia baligh, generasi Islami telah memiliki tujuan hidup yang jelas dan karakteristik yang khas, yakni menjadi generasi pejuang pembela Islam. Tidak heran jika generasi Islam di masa terdahulu adalah generasi cemerlang, ulama sekaligus ilmuwan.

Berkaca pada sahabat Rasulullah SAW yang pada usia muda telah banyak melakukan kebaikan. Mereka ada pemuda yang mengukir peradaban mulia yakni peradaban Islam. Seperti Mush’ab bin Umair, seorang pemuda yang menjadi “duta” Islam di Madinah. Beliau di usia muda sudah banyak berkorban untuk menyukseskan dakwah yang baru ia bawa ke Madinah. Hasilnya, Madinah menjadi pusat peradaban dunia.

Hingga kemudian Rasulullah SAW bersabda “Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekkah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai rida Allah dan menolong Rasul-Nya (HR. Hakim No. 6640).

Demikian pula Muhammad Al-Fatih. Sejak kecil dididik dengan sangat baik oleh ulama pilihan. Beliau menguasai 7 bahasa ketika berumur 23 tahun, menjadi gubernur ibukota berumur 21 tahun. Semenjak baligh hingga meninggal tidak pernah meninggalkan rawatib dan tahajud, dan beliau adalah pembukti dari bisyaroh Rasul SAW. Muhammad al-Fatih adalah penakluk Konstantinopel saat peradaban Eropa masih gelap.

Tidak mungkin lahir generasi seperti ini kecuali didahului dengan pendidikan karakter yang berkualitas sejak usia dini. Pendidikan yang menanamkan ahklak, adab dan ilmu menghasilkan generasi yang berkarakter dan membangun peradaban. Hingga saat ini kegemilangan peradaban Islam menjadi kebanggaan umat. Indonesia pun akan gemilang dan semakin sejahtera dengan pendidikan karakter yang berkualitas dan berkarakter religius. Wallahu’alam Bishawwab

Penulis: Wulan AMALIA Putri, S.S.T (Pemerhati Masalah Sosial)
Editor: H5P

Terima kasih