Example floating
Example floating
Berita Utama

Sex Education Versi Sistem Sekuler: Merusak Generasi

958
×

Sex Education Versi Sistem Sekuler: Merusak Generasi

Sebarkan artikel ini
Sex Education Versi Sistem Sekuler: Merusak Generasi
Indryani P

Belum usai polemik film ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ yang mengandung unsur negatif dengan nuansa LGBT, kini timbul “lagi” film ‘Dua Garis Biru’, yang mengandung unsur negatif yang pastinya tidak baik untuk dikonsumsi publik. Dimana film tersebut mengisahkan proses pacaran sepasang remaja yang melampaui batas, terlebih lagi ketika tokoh menunjukkan adegan berduaan di dalam kamar yang menjadi rutinitas mereka.

Mirisnya lagi bahwa Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, M. Yani, mendukung atas penayangan film tersebut. Dengan mengatakan bahwa film Dua Garis Biru dapat membantu BKKBN dalam menjangkau remaja Indonesia lebih luas dengan program Generasi Berencana (GenRe) (Antaranews.com, 11 juli 2019).

Selain itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Dwi Listyawardani. Menyatakan dukungannya dengan mengatakan bahwa BKKBN akan membawa film Dua Garis Biru sebagai sosialisasi program agar bisa ditonton oleh remaja di seluruh provinsi  (Antaranews.com 11 juli 2019).

Sistem liberal yang mengaungkan kebebasan telah melahirkan orang-orang yang memproduksi film dengan cara mengemas sesuatu yang salah menggunakan hiasan yang seolah-olah indah dipandang oleh manusia.

Menyuguhkan sebuah karya dengan tujuan ‘Sex education’ yang disertai dengan cara pelanggaran (baca: maksiat), jelas hal yang salah. Sebab kesan negatif pasti akan tersimpan dalam ingatan penonton. Terlebih lagi kebanyakan remaja, malah melihat yang terlihat tanpa melihat pesan yang disampaikan.

Seberapa keras seruan dalam film itu untuk mengatakan “Hindari hubungan sex pranikah”, faktanya yang muncul didalam pikiran remaja adalah “Hubungan sex pranikah”, sebab film telah menggambarkannya. Hal ini tentunya sangat berbahaya. Bahkan penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tontonan dapat mempengaruhi manusia untuk meniru dari apa yang telah ditonton.

Tontonan ini dapat menjerumuskan generasi kepada perilaku amoral. Terlebih lagi jika film tersebut berakhiran happy ending, maka penonton dapat meniru dan berpikir bahwa melakukan zina bukan hal yang buruk. Apalagi dengan adanya dukungan oleh pihak BKKBN, tentunya dapat mempengaruhi pikiran yang memiliki stigma negatif bisa jadi berubah menjadi sesuatu positif.

Dalam dunia sekulerisme media menjadi alat yang tepat untuk melakukan penyebaran nilai-nilai dan gaya hidup bebas ala barat, serta pada saat yang bersamaan para pengusaha dan penguasa dapat meraih keuntungan didalamnya. Sehingga tidak heran bila racun liberalisme  mudah mempengaruhi generasi saat ini. Kecanggihan teknologi yang disusupi dengan berbagai macam pemahaman dan tayangan yang serba bebas memiliki potensi yang besar merusak generasi, karena siapapun dapat mengakses dengan mudah dan tidak ada kontrol dari Negara. Hal tersebut menggambarkan bahwa rezim saat ini tidak berdaya dalam mengendalikan arus liberalisasi yang menghancurkan generasi melalui film. Menyedihkan. Begitulah sex education di dalam sistem sekuler.

Didalam naungan sistem islam, sex education telah diajarkan dari kecil. Bukan dengan cara menonton film, tetapi ajaran yang dimulai dengan al-quran dan as-sunnah sebagai pondasinya. Bahwa ada peraturan hubungan antara lelaki dan perempuan. Tidak ada ikhtilat, tidak ada khalwat, dan lain sebagainya.

Islam pun memandang bahwa keberadaan film bukan sekedar hiburan, tetapi berguna sebagai sarana dakwah dan juga pendidikan untuk mengedukasi masyarakat serta berfungsi untuk membangun generasi Islami yang kokoh.

Generasi muda harus diselamatkan dengan solusi fundamental untuk menuntaskan problematika hingga akarnya. Saatnya memihak, memilih tetap berada didalam kungkungan sistem sekuler ataukah sistem islam yang mengatur secara kaffah (menyeluruh).

INDRYANI PUTRI (MAHASISWI UHO)

Terima kasih