Example floating
Example floating
Opini

Menyambut Tahun 2020 dengan Guyuran Duka

746
×

Menyambut Tahun 2020 dengan Guyuran Duka

Sebarkan artikel ini

Oleh : Yanna Azzam (Aktivis Muslimah)

Perayaan menyambut tahun baru 2020 tidak hanya diwarnai dengan aneka konser musik, panggung hiburan rakyat yang membentang luas, ramainya tiupan terompet, petasan, kuliner, kostum yang gemerlap, serta acara huru hara lainnya. Tapi Sambutan tahun 2020 juga diwarnai dengan hujan deras yang berujung rintihan dan musibah.

Warga Jabodetabek mendapatkan kado tahun baru dengan diguyurnya hujan deras sejak Selasa sore (31/1) hingga Rabu pagi (1/1). Akibatnya, hampir seluruh wilayah Ibukota lumpuh karena terendam banjir. Tercatat ada 63 titik banjir yang menyebar di kawasan Jakarta. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyatakan, berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hujan yang turun di momen pergantian tahun ini adalah yang paling ekstrem selama kurun waktu 24 tahun terakhir. (nusantara.rmol.id)

Jakarta, ibu kota negara yang merupakan pusat kota, pusat perdagangan, jasa dan pariwisata, dengan pertumbuhan perekonomian yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi ini diikuti oleh jumlah populasi yang semakin meningkat dan pemenuhan kebutuhan yang juga meningkat. Kebutuhan akan fasilitas-fasilitas pendukung juga meningkat seperti dibangunnya fasilitas umum, sekolah-sekolah, rumah sakit, pasar dan pusat-pusat produksi untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa.

Infrastruktur dan perumahan/pemukiman penduduk mulai banyak dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Pembangunan infrastruktur dilakukan pemerintah baik melalui swasta maupun BUMN. Kebutuhan menjadi alasan massifnya pembangunan infrastruktur di Jabodetabek. Pembangunan massif dilakukan namun sistem rancang perkotaan menggunakan sistem kedap air, sehingga tidak seimbangnya jumlah bangunan atau infrastruktur dan tata kota dengan daerah resapan air menjadi salah satu penyebab banjir yang ada di Jabotabek. Debit air yang banyak dan tidak tertampungnya air karena minimnya resapan menjadi penyebab banjir. Maka wajar apabila banjir diawal tahun ini menjadi banjir yang sangat ekstrem.

Pembangunan infrastruktur yang tidak mengindahkan tata ruang kota, kebutuhan resapan air dan hal lain yang menyebabkan kemudharatan tidak lepas dari sistim ekonomi kapitalis yang menyerahkan pembangunan ini kepada orang-orang kapitalis yang hanya mementingkan keuntungan semata. Mereka rela membuat orang lain menderita demi meraup keuntungan yang banyak. Pembangunan infrastruktur dengan tidak mengindahkan resapan air yang bisa menyebabkan tidak tertampungnya resapan air demi keuntungan pribadi akan mereka buat asalkan mereka bisa membuat bangunan yang luas dan megah. Dan semata-mata hanya urusan bisnis dan Keuntungan yang banyak tanpa memperhatikan dampak lingkungannya dan hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari.

Populasi yang meningkat akan membutuhkan pemenuhan kebutuhan yang meningkat, bukan hanya kebutuhan dan fasilitas-fasilitas tambahan, kebutuhan primer akan perumahan juga sangat dibutuhkan. Kemiskinan di Indonesia, khususnya di Jakarta menjadi salah satu sebab tidak terpenuhinya kebutuhan akan perumahan ini. Sehingga untuk memenuhinya mereka akan membangun perumahan/pemukiman di bantar sungai. Dan karena lemahnya pendidikan yang mereka dapatkan dalam sistem kapitalis, mereka tidak memperhatikan kondisi lingkungan, kebersihan dan keindahan lingkungan sungai. Alhasil lingkungan sungai menjadi kotor, aliran air yang tersumbat dan ini bisa menjadi penyebab banjir.

Islam adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi banjir. Mengapa? Karena Islam adalah pandangan hidup yang bersumber dari pencipta alam semesta ini yaitu Allah. Hanya Islam yang mempunyai peraturan dalam kehidupan yang juga berasal dari pencipta alam semesta ini, yaitu Allah. Bukan peraturan yang dibuat oleh manusia yang serba kurang dan terbatas, bukan peraturan yang dibuat untuk kemaslahatan segelintir orang saja.

Bagaimana Islam memberikan solusi atas permasalahan banjir ini? Pertama, hendaknya kita ingat bahwa Allah adalah pencipta dan pengatur alam semesta ini berhak untuk membuat dan menetapkan musibah (banjir) ini. Jika Allah telah memberikan musibah ini, hal pertama yang harus kita lakukan adalah muhasabah. Kita harus menyadari bahwa bencana ini merupakan bencana nasional, maka sebaiknya kita muhasabah, apa yang salah dengan negeri Indonesia ini dan kita segera melakukan taubatan nasuha. Di dalam Al-Qur’an, surat Al-A’raf ayat 96 disebutkan, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Kedua, pola hidup bersih dan sehat harusnya  menjadi kebiasaan semua masyarakat di negeri ini. Memelihara lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, memelihara saluran air bersih, memperhatikan keseimbangan alam (antara bangunan dan resapan air harus seimbang), membersihkan badan setiap waktu, merasa kurang nyaman jika ada hal yang merusak lingkungan dan saling memberikan nasihat/kontrol lingkungan.

Ketiga, yakni dengan membuang jauh-jauh pandangan dan pola pikir kapitalis sekuler. Mulai berfikir untuk orang lain. Tinggalkan pola pikir individualis. Tinggalkan pola pikir bahwa semua hal harus ada keuntungan yang didapatkan tanpa memperhatikan dampaknya buat orang lain. Tinggalkan pola pikir instan, yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Tinggalkan faham kebebasan yang hanya mementingkan diri sendiri. Tinggalkan pola pikir memperkaya diri sendiri tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.

Maka sungguh hanya Islam satu-satunya solusi terhadap permasalahan ummat, karena Islam punya ciri khas di dalam memandang kehidupan. Seseorang yang didalam dirinya sudah ada pola pikir dan pola sikap (mengamalkan Islam di dalam dirinya), maka dia akan merasa tidak nyaman jika saudaranya belum seperti dia. Maka jika Islam diemban oleh suatu negara, maka negara tersebut tidak akan rela jika rakyatnya hidup menderita, kekurangan bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Negara akan turun tangan membantu dan meninggikan derajat rakyatnya. Bukan hanya masalah banjir, akan tetapi semua permasalahan yang dihadapi oleh negeri ini.

Wallahu’alam bi ash shawab.