Example floating
Example floating
Opini

Mantra Sihir Kesetaraan Gender

819
×

Mantra Sihir Kesetaraan Gender

Sebarkan artikel ini
Mantra Sihir Kesetaraan Gender

Mantra Sihir Kesetaraan Gender

Percepatan Pengarus Utamaan Gender (PUG) di Kabupaten Kuningan, terus digenjot Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kuningan.

Untuk itu, 40 Kasubag Program pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan kepala UPTD Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) se Kuningan, digembleng dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Tahun 2020, yang diselenggarakan di Hotel Codella, Rabu (12/2/2020).

Pemerintah daerah telah berkomitmen melaksanakan percepatan PUG sebagaimana Instruksi Presiden No 9 Tahun 2000. Dimana PUG merupakan  strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

Strategi PUG, bisa mengidentifikasikan masalah atas kebijakan pemerintah dalam mengambil keputusan, merancang program, dan implementasinya. Tentu dengan selalu mempertimbangkan perspektif atau kaca mata kepentingan laki-laki dan kepentingan perempuan. (Radar Kuningan, 13/2/2020).

Kesetaraan gender, sebagai tujuan ke-5 SDGs (Sustainable Development Goals), adalah penjajahan Barat yang diselubungi utopi kesejahteraan perempuan. ‘Kemajuan’ gender yang dipropagandakan hanyalah mantra sihir yang menyuburkan mimpi perempuan dan keluarganya untuk meraih kebahagiaan semu. Semua parameternya hanya bernilai materialistik.

Kapitalis yang serakah terus-menerus mengeksploitasi perempuan demi mewujudkan totalitas hegemoni atas dunia. Dunia yang disetir oligark pengendali Multi National Corporation strategis telah menguasai SDA vital dan bisnis global. Tentu mereka membutuhkan SDM untuk mengelola produksi barang dan jasa di korporasi miliknya. Tenaga kerja perempuan memiliki keunggulan komparatif. Karena itu ditebarkanlah propaganda demi memobilisasi keterlibatan mereka yang akan menjadi sumbangsih bagi kesejahteraan keluarga dan bangsanya.

Selain menggerakkan roda ekonomi, perempuan adalah pasar potensial produksi barang dan jasa. Karena itu perempuan yang mandiri secara finansial akan mengalirkan keuntungan bagi brankas bos-bos MNC (Multi National Corporation). Karena itu pula Barat menciptakan ukuran untuk menilai keseriusan setiap negara menderaskan kesetaraan gender.

UNDP (United Nations Development Programme) didapuk untuk mengawal capaian tersebut demi mengesankannya sebagai target pembangunan. Dimensi yang digunakan untuk mengukur capaian target sungguh kapitalistik, yakni kesehatan reproduksi (kespro), pemberdayaan dan partisipasi pasar tenaga kerja.

Faktor kespro, kesehatan dan kelangsungan hidup menjadi perhatian. Semua itu terkait dengan seberapa besar manfaat yang akan diberikan para pekerja perempuan dalam proses produksi. Bukan semata-mata keinginan untuk menyehatkan perempuan atau meminimalisir AKI (Angka Kematian Ibu, akibat proses kelahiran). Capaian pendidikan bagi perempuan diperlukan untuk mendapatkan akses ekonomi, baik lapangan kerja, permodalan ataupun pasar.

Dunia memang gagal dalam menyelesaikan semua masalah. Ini adalah akibat sistem sekular yang mereka terapkan. Termasuk gagal dalam menyelesaikan masalah perempuan. Bagaimana tidak disebut gagal bila konseptor ide gender tak pernah tulus menghargai martabat perempuan, kecuali hanya menjadikan perempuan sebagai obyek ekonomi dan pelengkap penderita atas permasalahan utama dunia kapitalistik.

Mereka mengeksploitasi semua potensi perempuan demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi korporatokrasi. Padahal sudah jelas, kampanye kesetaraan gender yang eksis seumur hegemoni Kapitalisme tak pernah mampu membuat satu negara pun mencapai kesetaraan gender. Pengakuan itu menjadi pembuktian bahwa ide gender adalah ide absurd yang harus segera dibuang. Wallahua’lam [***].

TAWATI

Muslimah Revowriter Majalengka dan Member Writing Class With Hass