Example floating
Example floating
JakartaOpiniTegas.co Nusantara

Kapitalis Berkuasa, Janda Bolong Jadi Idola

×

Kapitalis Berkuasa, Janda Bolong Jadi Idola

Sebarkan artikel ini
Sri Yulia Sulistyorini, S. SE

TEGAS.CO., NUSANTARA – Tanaman Monstera Andansonii Veriagated atau yang disebut janda bolong, akhir-akhir ini melejit. Karena harganya yang fantastis, membuat masyarakat terheran-heran dengan berita viral ini.

Bagaimana tidak, sehelai daun janda bolong bisa dihargai 10 juta. Harga yang fantastis dan tidak semua kalangan bisa membelinya. Lantas, siapa sebenarnya yang berada di balik bisnis yang menghebohkan ini?.

Iklan KPU Sultra

Meroketnya harga janda bolong, membuat pedagang tanaman hias menjadi untung. Salah satunya pedagang tanaman hias di Jakarta yang bernama Surani. Menurutnya, keuntungan yang diperoleh adalah sebesar puluhan juta. “ Jadi untung banget bisa puluhan juta karena satu helai daunnya saja tuh bisa Rp 25 juta, bahkan lebih kalau ada pembeli yang ingin banget enggak ditawar malah bikin kita untung,” ujarnya, Selasa (29/9/2020).

Menurut Surani, naiknya harga tanaman janda bolong ini disebabkan budaya latah setelah tanaman ini jadi tren di kalangan pemilik rumah elite dan rumah-rumah yang designnya minimalis. Tanaman ini suka diburu oleh ibu-ibu mileneal yang suka ngetren, Oke finance, Selasa (29/9/2020).

Sementara, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpadj), Bandung, Syaiful Mubarok mengatakan, nilai jual Janda Bolong yang mencapai ratusan juta saat ini merupakan bentuk dari permainan harga semata, Kompas.com, Minggu (27/9/2020).

Dunia bisnis memang tak lepas dari keuntungan yang diharapkan. Upaya apapun akan dilakukan, jika mau sukses dalam berbisnis. Kreatifitas dalam berdagang harus terus dikembangkan untuk memperoleh sebesar-besarnya keuntungan. Tentunya, dengan menekan modal sekecil mungkin. Itulah prinsip aktivitas ekonomi dalam sistem kapitalis. Asas manfaat menjadi landasan utama dalam setiap keputusan.

Berbagai strategi pemasaran juga dilakukan demi menarik pelanggan. Sehingga, persaingan pun tak bisa dihindari. Berbagai inovasi baru dimunculkan agar minat konsumen terkonsentrasikan pada produk yang luncurkan. Pantas saja, para pemilik modal adalah pihak yang paling diuntungkan. Semakin banyak modal yang dimiliki, maka peluang untuk menguasai pasar menjadi besar. Para kapitalis ini akan selalu menang. Mereka akan bebas memainkan harga di pasar, karena prinsipnya yang kuat akan menang dan yang lemah akan kalah.

Begitu pula dengan bisnis tanaman Janda Bolong ini. Jika dilihat dari harganya, sepertinya tidak realistis, karena lonjakan yang terjadi sangat jauh dari sebelumnya. Permainan harga dengan mudahnya dilakukan, karena yakin akan minat masyarakat elite terhadap barang mahal.

Bagi orang yang berduit, tak ada yang tidak mungkin. Berapapun akan mereka beli, demi mendapat pengakuan di masyarakat atau sekedar kesenangan dan menghamburkan uang. Gaya hidup hedonis membuat mereka haus untuk mengoleksi barang-barang antik, termasuk tanaman Janda Bolong ini.

Eksistensi diri sebagai orang kaya membuat mereka lupa, bahwa hidup ini hanya sementara. Kesenangan hidup yang mereka miliki, tidak akan selamanya bertahan. Bagaimana tidak, uang 250 juta hanya mendapatkan sebuah tanaman. Memang, dari sisi keindahan dan menyegarkan, tanaman ini sangat bagus.

Tapi, apakah tidak sebaiknya uang sebesar itu dipergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi ummat? Seperti, menyantuni anak yatim, disumbangkan ke masyarakat yang kurang mampu misalnya. Apalagi, di era Covid-19 sekarang ini, pasti banyak masyarakat yang lebih membutuhkan.

Dalam Islam, ada tuntunan bagi ummatnya agar tidak berlaku hedonis, sebagaimana dalam Firman Allah SWT:
اَلهكُم التَّكَا ثُرُ ۙ حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَا بِرَ ۗ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),”
(QS. At-Takasur 102: Ayat 1-3).

Maka, sudah seyogyanya ummat Islam senantiasa menjadikan aturan Islam sebagai penuntun hidupnya. Negara juga harus berperan dalam memberikan pengawasan terhadap mu’amalah yang terjadi pada warganya. Semua ini bisa terwujud dalam sistem Islam semata.
Wallahu A’lam bisshowwab.

Penulis: Sri Yulia Sulistyorini, S. SE
Editor: H5P

Example 120x600
error: Jangan copy kerjamu bos