Example floating
Example floating
Opini

Piagam Nilai-nilai Republik: Sinyal Ketakutan Prancis dalam Memerangi Islam?

420
×

Piagam Nilai-nilai Republik: Sinyal Ketakutan Prancis dalam Memerangi Islam?

Sebarkan artikel ini
Lia Hernawati, Ibu Rumah Tangga dan Penulis di Komunitas Muslimah Rindu Surga
Lia Hernawati, Ibu Rumah Tangga dan Penulis di Komunitas Muslimah Rindu Surga

TEGAS.CO., NUSANTARA – Sikap hipokrit dengan telanjang kembali dipertontonkan Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap umat Islam. Alih-alih meminta maaf karena pernah mengatakan bahwa ia tak akan melarang pencetakan karikatur Nabi Muhammad ﷺ, yang sempat menimbulkan kontroversi, Kamis (22/10/2020), yang menurutnya hal itu merupakan bagian dari kebebasan dalam berekspresi. (Wartakota tribunnews, 30/10/20). Justru Emmanuel Macron malah meminta para pemimpin Muslim menerima ‘piagam nilai-nilai Republik’, sebagai bagian dari tindakan keras terhadap Islam radikal. Pada Rabu (18/11/20), Macron memberikan ultimatum 15 hari kepada Dewan Kepercayaan Muslim Prancis (CFCM) untuk menerima piagam tersebut seperti yang dilansir dari republika.co.

Piagam ini dikeluarkan Macron menyusul tiga serangan kurang dari sebulan ini. Macron memang begitu membela sekulerisme Prancis setelah serangan itu, termasuk soal pemenggalan terhadap seorang guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad selama kelas kebebasan berekspresi bulan lalu.

Lebih jauh Piagam tersebut akan menyatakan Islam adalah agama dan bukan gerakan politik, di samping juga melarang campur tangan asing dalam kelompok Muslim. Pada Rabu lalu, Macron dan Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin bertemu dengan delapan pemimpin CFCM di Istana Elysee. (republika.co, 20/11/20).

Dilansir dari cnbcindonesia.com (22/11/20) Macron juga ingin menghentikan negara-negara Muslim lain untuk membantu komunitas Muslim Prancis yang terkepung dalam apa yang dipandang Paris sebagai “campur tangan asing”. Seorang pembela hak asasi manusia Prancis yang memimpin LSM ‘Committee for Justice & Liberties For All’ Yasser Louati mengatakan langkah terbaru Macron dinilai “mengalihkan perhatian publik dari kegagalannya sendiri dalam mencegah serangan”. Menurutnya rancangan undang-undang yang akan dibahas bulan depan, disebutkan bahwa pemerintah akan membubarkan LSM Muslim jika “tindakan mereka mengancam martabat manusia” atau jika mereka “melakukan tekanan psikologis atau fisik pada orang lain.”

Islam Dibidik Tanpa Perlawanan Berarti?
Penghinaan Prancis terhadap Islam ini bukan pertama kali dilakukan. Jauh sebelum itu, majalah Charlie Hebdo juga menghina Islam pada tahun 2015, mereka pernah mencetak ulang karikatur Nabi ﷺ, yang berakhir dengan penyerangan kantor majalah tersebut.

Dengan selalu berdalih sebagai bentuk kebebasan berekspresi, majalah yang berpusat di Prancis itu kerap memprovokasi umat Islam. Berbagai upaya dilakukan umat Islam sebagai bentuk perlawanan agar Prancis menghentikan propaganda keji mereka, namun faktanya berbagai upaya seperti kecaman, kutukan, pemboikotan produk, dan tuntutan pengusiran duta besar Prancis tidak membuahkan hasil yang berarti.

Bahkan kecaman dari para pemimpin negri muslimpun seolah bagai angin lalu bagi mereka, tidak menimbulkan efek apapun, Prancis tetap bersikap arogan dan terus menyerang Islam dengan kebijakan mereka.

Persatuan Politik dalam Islam
Menghadapi negara bebal seperti Prancis itu harus dengan kekuatan yang mampu menandingi kedigdayaan mereka. Pernyataan Macron mestinya menyadarkan kita semua bahwa tanpa kekuatan politik, umat tak berdaya. Tanpa institusi yang menjalankan politik pemerintahan, Islam akan terus ditindas dan dihina.

Umat butuh persatuan. Bukan hanya persatuan karena bersatunya perasaan, namun juga bersatunya pemikiran. Tatkala perasaan dan pemikiran menyatu, bukan tidak mungkin rumah besar umat akan terwujud. Ya, rumah besar kita sebagai umat terbaik adalah Khilafah Islamiyah, bukan demokrasi sekuler.

Saat ini, kaum muslimin tidak punya sebuah kapal yang kuat. Kita terombang-ambing di dalam sampan-sampan kecil yang minim kekuatan. Kebanyakan sampan pun masih berlubang. Kaum muslimin memerlukan satu bahtera untuk berlayar bersama di bawah satu nakhoda. Kita memerlukan kekhilafahan, yang mampu mengayomi muslim sedunia.

 

Rasulullah ﷺ bersabda,
الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Seorang imam (khalifah) adalah tameng atau perisai, dimana di belakangnya umat berperang, dan kepadanya umat berlindung.” (HR. Bukhari no. 2957).
Wallahua’lam bishawwab

Penulis: Lia Hernawati, Ibu Rumah Tangga dan Penulis di Komunitas Muslimah Rindu Surga
Editor: H5P

Terima kasih