TEGAS.CO,. Muna Barat – Seorang pemancing cumi ditemukan mengapung dan tak bernyawa di Perairan Tiworo, Muna Barat (Mubar), Sulawesi Tenggara (Sultra). Korban sebelumnya dikabarkan hilang oleh keluarga sejak, Rabu (3/3) kemarin.
Korban adalah Hamarudin alias La Mbaido (60), warga asal/domisili desa Lamborigi, kecamatan Masaloka Raya, Bombana. Lelaki lanjut usia itu dilaporkan hilang oleh pihak keluarga dan teman-teman setalah dilakukan pengecekan kembali di tempat pemancingannya.
“Begitu mendapatkan informasi dari keluarga dan teman-teman korban, bahwa telah terjadi orang di duga hilang dan tenggelam, kami langsung bergerak cepat melakukan pencarian bersama tim gabungan,” ujar Kapolsek Tiworo Tengah, IPDA Basuki Rahmat ketika dihubungi tegas.co, Jumat (5/3).
Setelah beberapa hari dilakukan pencarian, lanjut Basuki, dengan menggunakan 1 unit Rubber Boat dan 30 buah Long Boat masyarakat oleh tim Basarnas Kendari, Polsek Tiworo Tengah, Koramil Tikep, BPD Muna Barat, Camat Tiworo, Pemerintah Desa Tiga dan masyarakat nelayan, akhirnya korban ditemukan di perairan antara Pulau Indo dan Pulau Masaringa di kecamatan Tikep, Mubar pada pukul 06.30 Wita.
“Ditemukan dengan kondisi sudah meninggal dunia, terapung di laut, kan sekitar hampir tiga hari kalau hitung-hitungannya. Jenazah pada saat itu, setelah dievakuasi karena kondisi sudah rusak langsung dibawa pulang ke kampung halamannya oleh keluarga”, katanya.
“Kondisi semua utuh hanya ada beberapa bagian yang mengalami kerusakan. Kemungkinan disebabkan tercabik-cabik karena dimakan ikan. Memang dicari beberapa hari tidak ditemukan, tetapi kalau sudah terlalu lama akan mengapung dengan sendirinya ke permukaan,” lanjutnya.
Dijelaskannya, sebelum ditemukan tak bernyawa, diketahui korban bersama dengan 7 orang temannya berpamitan pada keluarga hendak memancing cumi di seputaran Selat Tiworo, desa Tiga, kecamatan Tiworo Utara dengan menggunakan sampan tak bermesin sekitar pukul 22.00 Wita, Selasa (2/2).
“Sekitaran jam 2 subuh, Rabu mereka memutuskan untuk kembali, diperkirakan karena cuaca tidak memungkinkan. 7 orang teman korban kembali, sampai di desa Tiga, Pulau Mandike, tetapi korban yang ditunggu tidak nampak terlihat,” tuturnya.
“Jam dua itu sudah mau kembali semua. Karena cuaca tidak bagus. Tetapi satu orang tetap bertahan dengan alasan yang tidak jelas. Kebetulan pada saat itu cuaca agak tidak bersahabat, jadi yang lain kembali dan menyisakan satu orang pemancing saja yang bertahan. Faktor cuaca ditambah keinginan untuk mendapatkan cumi yang lebih banyak,” sambungnya.
Ditambahkannya pula, bahwa setelah mendapatkan laporan, tanpa menunggu waktu lama pencarian langsung dilakukan, dengan pertimbangan korban masih dapat ditemukan.
“Masalahnya yang kita cari ini di laut. Susah karena fasilitas untuk mencari sangat membahayakan. Jadi, tentu saja kami harus mempertimbangkan segala resiko juga,” terangnya.
Ia menghimbau kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam melaut. Ia juga tidak lupa ikut mengucapkan belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.
“Kami turut berbelasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban, semoga diberikan ketabahan dan ucapan doa kepada korban semoga diterima amal dan kebaikannya selama di dunia kepada sang pencipta. Kami meminta juga kepada masyarakat untuk lebih hati-hati dan waspada dalam melaut. Termasuk lebih baik menahan diri disaat mengetahui cuaca tidak bersahabat,” tutupnya.
Reporter : FAISAL
Editor : YA
Komentar