Abdul Manan Sebut Masa Depan Cagar Biosfer Wakatobi Ditangan Suku Bajo

Abdul Manan pastikan Masa Depan Cagar Biosfer Wakatobi Ditangan Suku Bajo
Masyarakat suku Bajo (Bajau) di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, diatas sampan ikut dalam aksi parade 1000 kapal di pelataran laut pelabuhan Pangulubelo, Rabu (1/5/2024).

TEGAS.CO.,WAKATOBI – Presiden Kekar Bajau, Abdul Manan menyebut bahwa Cagar Biosfer Wakatobi pada 10 tahun yang akan datang ditentukan oleh suku Bajau (Bajo).

Hal ini dikatakan Abdul Manan dalam acara deklarasi dan parade 1000 kapal suku Bajau di pelataran pelabuhan Pangulubelo, Wangi-Wangi Selatan, Rabu (1/05/2024).

Iklan KPU Sultra

“Oleh karena itu, mari bersama-sama bergotong royong, menyatukan tenaga dan pikiran untuk memakmurkan Cagar Biosfer Wakatobi untuk kehidupan kita di masa depan,” imbuhnya.

Dikatakan Abdul Manan, jika habitat Cagar Biosfer itu mengalami kerusakan maka akan berimplikasi terhadap menurunnya produktivitas laut, diantaranya akan berdampak pada hasil tangkap nelayan.

“Yang akan menderita adalah kita,” ucap Abdul Manan.

Putra Bajo ini pun mencoba menyeru kepada rumpun suku Bajau lainnya agar memakmurkan Cagar Biosfer dengan cara arif dan bijak dalam mencari hasil laut.

“Deklarasi suku Bajau ini, kami akan menyepakati beberapa hal di antaranya melindungi, mendukung dan melakukan pengelolaan yang baik dengan mengunakan kearifan lokal masyarakat Bajo untuk Wakatobi, dan Cagar Biosfer ke depan,” ujarnya.

Lanjut Manan – sapaanya, mengatakan posisi masyarakat Bajau dalam Cagar Biosfer ini adalah satu kesatuan.

Masyarakat Bajau, kata dia, tidak boleh lagi melihat Cagar Biosfer itu terpisah dari kehidupannya. Namun mereka adalah bagian utama dari Cagar Biosfer.

“Kita tidak lagi melihat terpisah. Kalau terpisah ya.. pasti kita eksploitasi. Kalau terpisah pasti kita pandang Cagar Biosfer sebagai sumber daya, atau menempatkan Cagar Biosfer sebagai objek,” ungkapnya.

Jika demikian, hal itu akan berimplikasi pada pola pikir masyarakat Bajau yang ingin eksploitasi Cagar Biosfer.

“Lihat ikan banyak, langsung kita sikat,” tukas mantan Kepala Bappeda era Hugua ini.

“Tetapi apabila Cagar Biosfer di pandang sebagai bagian dari kehidupan kita, insha Allah kita akan mencintai cagar biosfer. Kita akan melindungi cagar biosfer,” tambahnya.

Pada momen itu, Manan memperlihatkan salah satu kearifan masyarakat Bajau dengan melepas hasil tangkap ke laut.

“Sebentar kita lepas satu ekor penyu, satu ekor lobster, satu ekor ikan untuk menghasilkan lobster, ikan, penyu yang lebih banyak di kemudian hari,” ujarnya.

Lebih jauh Manan menuturkan, acara pelepasan habitat laut itu dinamakannya upacara Sangal, atau ritual Sangal yang berasal dari suku Bajau.

“Nantinya akan diikuti dengan parade 1000 kapal dan juga beberapa atraksi sebagai bagian dari ritual sangal ini,” ucapnya.

Laporan: Rusdin

Editor : Publisher

Komentar