Example floating
Example floating
Opini

Perempuan: Tulang Rusuk Penggenjot Ekonomi Kapitalis

1085
×

Perempuan: Tulang Rusuk Penggenjot Ekonomi Kapitalis

Sebarkan artikel ini
Ummu Arrosyidah

TEGAS.CO.,NUSANTARA – Perempuan dan UMKM masih menjadi bidikan “seksi” untuk  menggenjot perekonomian negeri ini. Berdasarkan data pemerintah, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta, di mana komposisi usaha mikro dan kecil sangat dominan yakni 64,13 juta. Sementara itu, 56% usaha kecil dan 52% usaha mikro di Indonesia dimiliki Perempuan.

Bahkan menurut Sasakawa Peace Foundation & Dalberg, persentase wirausaha perempuan di Indonesia cukup tinggi yaitu 21% di atas  rata-rata global yang hanya mencapai 8%. (katadata.co.id, 05/10/2021)

Peran perempuan dan UMKM sebagai tulang punggung perekonomian negara, dipertegas dengan pernyataan beberapa pejabat. Menlu mengatakan bahwa memberdayakan UMKM dan perempuan adalah kebijakan sentral dalam percepatan pencapaian SDGs di Indonesia. Hal ini senada dengan pernyataan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang menyebut perempuan sebagai tulang punggung perekonomian.

Efek Kapitalisme

Turutnya perempuan sebagai pengumpul pundi-pundi rupiah,  tidak lepas dari fakta ekonomi negeri ini yang makin terseok  karena hantaman pandemi.  Hutang negara makin meroket. Banyak usaha yang gulung tikar. Angka pengangguran terus menggendut. Di lain sisi biaya hidup semakin tinggi. Pajak terus digencarkan.

Namun, andilnya perempuan dalam menyokong perekonomian, tentu memberikan efek samping pada pelaksanaan peran domestiknya. Terlebih ketika sudah berumah tangga. Perempuan harus mampu membagi waktu, tenaga dan pikiran antara bekerja, mengurus rumah, mendidik anak maupun melayani suaminya. Tidak jarang hal tersebut memicu terjadinya ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Anak pun tak lepas dari imbas kesibukan seorang ibu dalam bekerja. Menurut survei yang dilakukan oleh Institute for Social and Economic Research, anak dari ibu yang sibuk berkerja mengalami penurunan kemampuan dalam mengikuti ujian sekolah sebesar 20%. Bahkan, anak usia 5-10 tahun yang ibunya sangat sibuk bekerja mengalami stres mental dibandingkan dengan anak-anak yang ibunya di rumah untuk membantu mereka belajar. Sungguh menjadi sebuah dilema bagi seorang perempuan.

Keadaan yang menghadapkan perempuan pada dilema ini adalah sebuah keniscayaan dalam penerapan sistem Sekuler-Kapitalis. Kapitalisme menjadi jalan penguasaan SDA oleh para kapital yang seharusnya dikelola untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Alhasil, rakyat bak anak ayam yang kehilangan induknya. Rakyat harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup yang makin menggila.

Kacamata Islam

Islam sebagai seperangkat aturan yang diturunkan oleh Rabb semesta alam telah mengatur kedudukan perempuan dan perannya. Perempuan mempunyai kedudukan mulia dalam Islam. Perempuan adalah pihak yang kebutuhannya ditanggung oleh laki-laki. Jika ia belum menikah, ayah berkewajiban menafkahi. Sedangkan jika sudah berumah tangga, maka suaminya yang berkewajiban menafkahi. Allaah Ta’ala berfirman :

Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (istri) dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah 233).

Rasulullaah sholallaahu ‘alayhi wa salam bersabda, “Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami).’’ (HR Muslim 2137).

Namun, Islam juga tidak melarang wanita untuk bekerja. Tentunya dengan tidak keluar dari koridor syara’ atau bermaksiat dan meninggalkan kewajibannya sebagai ummu wa robatu bayt. Dalam Kitab al-Mawsu’at al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah disebutkan bahwa Rasulullaah sholallaahu ‘alayhi wa salam bersabda,  “Perempuan itu mengatur dan bertanggung jawab atas urusan rumah suaminya.” (HR. Bukhori).

Kendati demikian, ketika wanita bekerja tidak lantas mengubah  statusnya menjadi tulang punggung keluarga apalagi sebagai tulang  panggung perekonomian negara. Karena walau bagaimana pun negara mempunyai tanggung jawab untuk mensejahterakan rakyat.

Dari Ibn Umar ra. Nabi sholallaahu ‘alayhi wa salam  bersabda, “Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang isteri adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya.Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungtawaban atas kepemimpinan kalian.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Negara dalam Islam, akan mengelola sumber  pemasukannya  untuk kesejahteraan rakyat. Sumber pemasukan tersebut antara lain: Fa’y, kharaj, ghonimah, pengelolaan SDA,  zakat, dan sebagainya. Selain itu,  negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan dan mendorong kaum laki-laki untuk giat bekerja.

Wahai Rasulullah, apakah lelaki ini berada di jalan Allah?” Rasulullah SAW bersabda, “Jika ia keluar bekerja untuk (memenuhi kebutuhan) anaknya yang masih kecil maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja untuk (memenuhi kebutuhan) kedua orang tuanya yang sudah renta maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja (memenuhi kebutuhan) dirinya agar tidak meminta-minta maka ia berada di jalan Allah, dan jika ia keluar bekerja untuk kesombongan dan riya maka ia berada di jalan setan.” (HR Thabrani).

Dengan demikian, perempuan akan menjalankan peran domestiknya dengan baik. Perempuan bekerja dalam rangka menyalurkan ilmunya atau memberi kemaslahatan bagi ummat bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini karena mekanisme yang ditetapkan Islam adalah untuk memuliakan perempuan.

Wallaahu a’lam bi showab.

Penulis : Ummu Arrosyidah

Editor: H5P

 

 

Terima kasih