Example floating
Example floating
Opini

Harga Kebutuhan Pokok Merangkak, Menambah Resah Ditengah Wabah

1350
×

Harga Kebutuhan Pokok Merangkak, Menambah Resah Ditengah Wabah

Sebarkan artikel ini
Lina Revolt

Wabah Covid-19 seakan masih enggan beranjak. Di Sultra meski jumlah ODP terus berkurang, namun jumlah Positif sudah mencapai 6 orang. 5 orang masih dirawat di RSUD Bahteramas dan 1 pasien sudah dinyatakan sembuh. (Butonpos,6/4/20).

Namun selain wabah, ada yang turut membuat masyarakat resah, terutama masyarakat kelas bawah, yaitu merangkaknya harga kebutuhan pokok seperti beras, gula dan bawang. Dilansir dari zonasultra.com harga gula di pasar- pasar di Kendari sudah mengalami kenaikan dari yang semula 15ribu/kg, kini merangkak menjadi 20 sampai 22ribu /kg nya.

Iklan KPU Sultra

Tak kalah dengan gula, harga beras juga melonjak tinggi. Misalnya di Wakotobi harga beras 50 kg yang sebelumnya berkisar Rp 450 ribu kini melonjak mencapai Rp 600 ribu. begitupun dengan bawang sudah mencapai 70 ribu/ Kg (Baubaupost.com, 23/3/20).
Panic Buying dan Kurangnya Edukasi
Tidak dapat dipungkiri, hadirnya wabah covid-19 atau corona virus menimbulkan kepanikan di masyarakat. Diperparah dengan banyaknya berita simpang siur yang memicu kebingungan ditengah- tengah masyarakat. Mana berita yang benar dan mana yang salah. Muncullah beberapa permasalahan baru. Terjadi penimbunan beberapa komuditas yang dibutuhkan masyarakat oleh para penjual nakal hingga munculnya panic buying, yaitu masyarakat berduyun-duyun memborong kebutuhan pokok dalam jumlah banyak. hal ini mengakibatkan kelangkaan dan merangkaknya harga dipasaran. Hukum ekonomi pun berlaku “semakin tinggi permintaan maka akan semakin rendah penawaran” .

Menurut Steven Taylor, dosen dan psikolog klinis di University of British Columbia, dan penulis buku The Psychology of Pandemics mengatakan bahwa panic buying didorong oleh ketakutan, dan keinginan untuk berusaha keras memadamkan ketakutan itu, seperti antrian berjam-jam atau membeli jauh lebih banyak dari yang Anda butuhkan. Panic buying menolong orang-orang merasa dapat mengontrol situasi. Dalam keadaan seperti ini, orang-orang merasa perlu melakukan sesuatu yang sebanding dengan apa yang mereka anggap sebagai tingkat krisis.

fenomena panic buying inilah yang terjadi dengan masyarakat, termasuk di Sultra. Ketidakjelasan terkait lockdown dan simpang siurnya pemberitaan menggerakkan masyarakat membeli kebutuhan pokok diluar batas kewajaran. Hal ini mengakibatkan harga melonjak di pasaran. Masyarakat bertindak sendiri karena tidak adanya kejelasan dari pemerintah. Kebijakan berdiam diri dirumah dan larangan berkumpul dari pemrintah tidak diikuti kejelasan bahwa meski dirumah pemerintah siap menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat. Kekhawatiran kehabisan stock makanan tanpa sadar mempengaruhi psycologis masyarakat.
Kebijakan pemerintah yang berubah-rubah dan berbeda- beda antara satu dengan lain menimbulkan kebingungan, yang mana yang harus diikuti ?. Kepanikan semakin menjadi-jadi. Ketidakpastian kapan wabah akan berakhir dan kurangnya edukasi membuat fenomena panic buying makin masif dimasyarakat. Jika ini tidak di selesaikan maka sulit untuk mengkontrol harga di pasaran.

Disinilah pentingnya peran negara. Karena negaralah yang memiliki kekuatan untuk menghilangkan kepanikan di masyarakat. pemerintah seharusnya lebih terbuka terkait wabah covid-19 ini dan berupaya mengedukasi masyarakat dengan benar sehingga bisa dipahami oleh seluruh rakyat negeri ini. Pemerintah juga harus membuat kebijakan yang mampu menenangkan kepanikan di masyarakat. Misalnya melakukan lockdown total dan menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat selama lockdown, terutama rakyat miskin. Pemerintah harus mengintruksikan kepada para penjual agar membatasi pembelian dan menghentikan penimbunan, bahkan bila perlu memberi sanksi bagi para penimbun sehingga harga bisa dikendalikan.

Namun sayang pemerintah terkesan lamban dan setengah hati menyesaikan persoalan wabah ini. Menimbulkan ketidakpastian di masyarakat. kapan wabah ini akan berakhir. Maka wajar akhirnya masyarakat memngambil inisiatif sendiri-sendiri. Jika sudah begini rakyat lagi-lagi yang menjadi korban. harga-harga kebutuhan pokok akan semakin merangkak dan bisa jadi menimbulkan masalah baru yaitu kelaparan.
Cara Islam Hadapi Wabah dan Fenomena Panic Buying.

Islam dirurunkan tidak hanya mengatur perkara ibadah saja, namun merupakan solusi bagi setiap permasalahan yang menimpa manusia. begitupula dalam mengahadapi wabah. Wabah pernah terjadi di Masa Rasulullah Saw. maka saat wabah datang, Rasulullah melarang orang-orang saling mengunjungi. Rasulullah Saw Bersabda:
Artinya: “Jangan kamu terus menerus melihat orang yang menghidap penyakit kusta.” (HR Bukhori)
Rasulullah saw juga melakukan lockdown dengan melarang orang-orang memasuki daerah yang terkena wabah. Rasulullah saw Bersabda :
Artinya: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).
selain itu untuk menyelesaikan masalah panic buying.

Negara Islam dibangun atasketaqwaan kepada Allah Swt. oleh karena itu mental rakyat memang sudah disiapkan untuk menghadapi berbagai ujian. Rasululllah saw senantiasa memerintahkan mendekatkan diri dan berdoa kepada Allah agar yerhindar dari wabah. Islam Melarang tegas umatnya bersikap berlebih-lebihan dan melarang adanya penimbunan dan memberikan sanksi tegas bagi pelaku hingga stock kebutuhan pokok tetap aman di pasaran dan harga bisa distabilkan. begitulah Tauladan dari Rasullah Saw saat wabah melanda. Sudah seharusnya kita kembali membuka lembaran sirah Nabi dan berupaya mewujudkan pengaturan kehidupan dengan apa yang Beliau bawa.
wallahu a’lam Bishowab.

Oleh : Lina Revolt (Pemerhati Sosial)

error: Jangan copy kerjamu bos