Efek Domino Penyesuaian Harga BBM, Akankah Menyebabkan Inflasi

Efek Domino Penyesuaian Harga BBM, Akankah Menyebabkan Inflasi. Foto: L.M. Yakdatamare Yakub

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Fenomena kenaikkan atau perubahan harga BBM mungkin bukan hal yang tabuh lagi di Indonesia tanah air tercinta, hal ini ibarat penyakit sudahlah kronik dan berkelanjutan mulai dari zaman kepemimpinan Presiden RI Pertama Ir. Soekarno sampai saat ini Ir. Jokowi.

Teringat salah satu lirik lagu tahun 1982 yang masih popular sampai saat ini sebuah mahakarya oleh salah satu legenda musik Indonesia, yang selalu mengkritik lewat karyanya, hehehhe…“Maafkan kedua orangtuamu, Kalau tak mampu beli susu, BBM naik tinggi, Susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi, Mungkin bayi kurang gizi…”. Generasi muda kurang gizi, mau dibawa kemana tongkat estafet kepemimpinan masa depan Indonesia ? Kasihan kune…

Sabtu kemarin tepat 03 September 2022, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ir.Arifin Tasrif telah mengumumkan mengenai perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Harga BBM bersubsidi Pertalite yang sebelumnya Rp. 7.650,- per liter menjadi Rp. 10.000,- per liter.

Sementara, harga Solar bersubsidi yang sebelumnya Rp. 5.150,- per liter menjadi Rp. 6.800,- per liter. Selain itu, harga Pertamax (non subsidi) juga mengalami perubahan, dari Rp. 12.500,- menjadi Rp. 14.500,- Kenaikan harga BBM tentunya menyebabkan efek domino ke pelbagai sektoral.

Naiknya harga BBM secara tidak langsung juga akan memicu inflasi karena harga bahan dan kebutuhan lain akan ikut naik akibat tingginya biaya transportasi. Dengan naiknya harga BBM, bahan-bahan baku akan mengalami kenaikan pula, akibatnya laju inflasi tidak menuntut kemungkinan akan melambung tinggi

Kenaikan harga BBM memberikan efek yang besar bagi kalangan dunia usaha, terutama sektor UMKM. Juga terhadap usaha kecil informal yang seringkali tidak tersentuh oleh program bantuan sosial pemerintah. Sebab, selama ini, sebagian besar sektor UMKM dan informal tersebut memanfaatkan BBM bersubsidi dalam menjalankan usahannya.

Efek domino kenaikan harga BBM dikhawatirkan akan semakin membuat pengusaha UMKM dan informal lainnya semakin kolaps, dikhawatirkan angka kemiskinan dan pengangguran akan semakin meningkat.

Efek selanjutnya, kenaikan harga BBM dikhawatirkan akan menghantam kembali daya beli dan konsumsi masyarakat. Maka sudah dapat di pastikan kenaikkan harga BBM akan meneyebabkan inflasi dan akan memberatkan untuk rakyat Indonesia.

Kenaikan atau perubahan harga BBM akan membuat rakyat berada dalam posisi yang sangat sulit, khususnya rakyat kecil akan merasakan efek domino yang diakibatkan karena kenaikkan harga BBM.

Lantas apa alasan pemerintah menaikkan harga BBM ? dikutip dari kompas,com, alasan utama pemerintah menaikkan harga BBM ini menjadi langkah Pemerintah Indonesia dalam menghadapi gejolak minyak dunia. Maka dari itu, harga BBM di dalam negeri tidak bisa ditopang dengan memberikan subsidi dari Anggaaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) saja.

Menurut Jokowi, uang negara seharusnya diprioritaskan untuk subsidi kepada masyarakat kurang mampu. Maka dari itu, saat ini pemerintah membuat keputusan yang sangat sulit yaitu mengalihkan subsidi BBM. Alhasil harga beberapa jenis BBM yang selama ini mendapatkan subsidi akan mendapatkan penyesuaian.

“Dan sebagian subsidi BBM akan dialihkan untuk bantuan yang tepat sasaran. Bantuan langsung tunai atau BLT BBM sebesar Rp. 12,4 triliun yang diberikan kepada 26, 5 juta keluarga kurang mampu sebesar Rp. 150.000,- perbulan. Dan mulai diberikan mulai bulan September 2022 selama 4 bulan,” kata Jokowi.

Niat pemerintah cukuplah mulia, namun apakah startegi yang telah dilakukan sudah tetapat sasaran ? tentunya menuai pro dan kontra, secara subjektif melihat kesiapan serta kondisi geopolitik dan sosioekonomi kultural masyarakat Indonesia, alangkah lebih bijak jika pemerintah memperhatikan lagi langkah-langkah alternatif dalam menyelamatkan dana APBN.

Pertama refocusing distribusi APBN. Mestinya APBN ini difokuskan kembali ke sektor-sektor yang sekiranya tidak memubazirkan anggaran.

Kedua, retargeting APBN dengan menyasar sektor-sektor pemberdayaan untuk memulihkan perekonomian masyarakat, yang memiliki timbal balik untuk kemanfaatan negara.

Dan selanjutnya seharusnya pemerintah lebih kreatif lagi dalam mencari aternatif-alternatif sumber pendanaan baru, unruk mencegah kenaikkan harga BBM.

Jelas efek domino dari kenaikkan harga BBM akan menyebabkan inflasi, inflasi hanya akan menyebabkan kesengsaraan, dan kesengsaraan hanya akan meyebabkan masalah kesehatan. Mengapa masalah Kesehatan ? Sehat menurut “World Health Organization” (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.

Maka dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa sehat menurut WHO mengandung pengertian kondisi kesehatan ideal, baik dari segi biologis, psiologis, dan sosial. Hal ini juga tentunya akan membuat seseorang dapat melakukan aktivitas secara maksimal, optimal, kreatif, solutif, dan produktif.

Salah satu indikator utama negara yang maju karena masyarakatnya yang kreatif, solutif, dan produktif, maka berdasarkan makna sehat menurut WHO, dalam mewujudkan negara Indonesia yang maju, rakyatnya haruslah sehat. Lantas apakah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah telah menyehatkan Indonesia dan rakyatnya ?

SILAHKAH BERPENDAPAT MASING-MASING…!

Penulis: L.M. Yakdatamare Yakub

Publisher: Yusrif Aryansyah

Komentar