Example floating
Example floating
HukumOpiniTegas.co Nusantara

Khilafah Digital Mengepung Demokrasi

×

Khilafah Digital Mengepung Demokrasi

Sebarkan artikel ini
Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)

TEGAS.CO., NUSANTARA – Perjanjian Hudaibiyah meretas jalan bagi ditaklukkannya Mekah secara damai, tanpa perlawanan. Walaupun secara kasatmata ada poin – poin hasil perundingan dipandang merugikan kaum muslimin. Akan tetapi justru di situlah letak keberkahannya.

Tatkala dituliskan bahwa orang Madinah yang datang ke Mekah, maka orang – orang kafir Quraisy tidak berkewajiban untuk mengembalikannya ke Madinah. Sedangkan orang Mekah yang datang ke Madinah, maka wajib untuk dikembalikan lagi ke Mekah. Di dalam poin ini menunjukkan akan ketajaman analisis politik Nabi Saw.

Iklan KPU Sultra

Dengan tidak dikembalikannya orang Madinah yang ke Mekah, tentunya ia bisa menjadi corong bagi Madinah guna menjelaskan kehidupan Islam di Madinah. Di jantung mereka sendiri, ada seruan Islam. Kalaupun orang Madinah yang ke Mekah tersebut adalah orang munafik, kaum muslimin bisa selamat dari bahayanya.

Begitu pula tatkala orang Mekah yang ke Madinah harus dikembalikan ke Mekah. Di dalamnya terdapat keuntungan yang luar biasa juga. Orang Mekah akan menjelaskan keadaan Madinah yang disaksikannya, tentu akan berbeda dengan sentimen mereka yang membenci kaum muslimin. Kalaupun orang Mekah tersebut mempunyai niat jahat, maka Madinah menjadi selamat dari kejahatannya.

Tahun 2017 menjadi babak baru bagi dakwah Syariah dan Khilafah. Dakwah tidak lagi terpenjara oleh baju. Dakwah bergerak bebas di tengah – tengah umat. Berkah turun atas kaum muslimin di negeri ini.

Umat bisa mengkaji kehidupan Islam lewat orang – orang yang dipercayainya. Seruan Khilafah kembali ke tengah – tengah umat Islam.

Diskusi hangat tentang Khilafah semakin menghiasi sosial media. Umat Islam menjadi penasaran terkait organisasi yang paling getol menyuarakan Khilafah. Akhirnya pembicaraan tentang Khilafah memicu diskursus.

Diskursus Khilafah ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai terbuka untuk mendiskusikannya. Yang kontra dalam diskursus ini menjadi bumbu pendewasaan umat dalam memperkaya maklumatnya tentang Khilafah.

Di akhir 2019, terdengar kabar dari China akan adanya epidemi virus Covid-19. Sebenarnya ada selang waktu sekitar 2 bulan untuk Indonesia tidak ikut dilanda wabah Covid-19. Akan tetapi justru kesan tidak peduli dari para pemangku negeri ini menjadikan Indonesia harus memasuki era pandemi.

Pandemi Covid-19 telah membawa dakwah memasuki era yang benar – benar baru. Ya, interaksi antar manusia yang di lain daerah tempat tinggal hanya terbatas secara virtual. Seruan – seruan penegakan Khilafah semakin membuat sesak sosial media. Trending topik Khilafah terus menghiasi, terutama di jagat twitter. Hal tersebut cukup memberi pengaruh. Mengingat para pejabat termasuk kaum intelektual kebanyakan cenderung menggunakan twitter.

Uniknya trending topik twitter itu semuanya adalah akun bio, bukan robot. Syubhat yang muncul akan besaran buget yang disiapkan guna menyuarakan hal yang seragam dalam waktu yang juga seragam. Tidak berlebihan bila terdapat sebutan sebagai pasukan semesta Khilafah Digital.

Wacana Khilafah semakin mendapat tempat di hati umat. Masyarakat mengindra secara langsung akan Demokrasi yang kedodoran menghadapi Covid-19. Ditambah lagi kebijakan – kebijakan negara di era pandemi hanya menunjukkan ketidakberpihakan pada rakyat. Kenaikan iuran BPJS, iuran Tapera, termasuk meningkatnya TDL yang semakin melengkapi beban rakyat di tengah pandemi. Bahkan manusia di seluruh dunia pun bisa melihat AS sebagai negara adidaya juga tidak berdaya menghadapi Covid-19. Umat Islam semakin melirik pada seruan Khilafah.

Di era pandemi ini yang semakin merapatkan umat Islam kepada dakwah Khilafah adalah adanya pemblokiran di saat masyarakat sedang asyik menikmati film Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN). Justru masyarakat hanya menyaksikan sikap paranoid. Umat semakin yakin bahwa harapan mereka hanya terletak pada Khilafah yang menerapkan Syariat Islam. Reputasi Demokrasi benar – benar porak poranda. Apalagi tersiar berita bahwa Presiden AS, Donald Trump juga tidak luput dari Covid-19.

Masyarakat semakin menyadari bahwa hanya Allah Yang Maha Kuat. Tentu sudah saatnya bagi dunia untuk dikelola dengan aturan Allah SWT.

Jika dunia digital bisa mempengaruhi konstelasi politik di dunia nyata, tentunya seruan Khilafah secara virtual juga akan berpengaruh besar pada dunia nyata. Jika trendingnya digital bisa menjadi barometer, tentunya trendingnya Khilafah juga bisa menjadi barometer bagi kesiapan umat. Tinggal menggelembungkan seruan Khilafah. Nantinya simpul – simpul umat akan terbuka dengan sendirinya. Dengan begitu ahlul quwwah akan semakin mendekat.

Kalau sekarang disebut sebagai era digital, maka tidak berlebihan pula, sekarang disebut sebagai era Khilafah Digital. Seruan Khilafah akan terus bekerja hingga mampu menggerakkan umat untuk memproklamirkannya.
06 Oktober 2020

Penulis: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)
Editor: H5P

Example 120x600
error: Jangan copy kerjamu bos