Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Negara Korporatokrasi, Jual Potensi Generasi

554
×

Negara Korporatokrasi, Jual Potensi Generasi

Sebarkan artikel ini
Desi Dian S, S.Ikom
Desi Dian S, S.Ikom

TEGAS.CO., NUSANTARA – Melalui program link and match, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah melakukan penyesuaian kurikulum SMK. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memajukan pendidikan vokasi dalam negeri. Ada 5 aspek perubahan yang dilakukan diantaranya:

Pertama, perubahan mata pelajaran akademik dan teori akan dikontekstualisasikan menjadi vokasional, misalnya pelajaran IPA dan Matematika akan menjadi IPA terapan dan matematika terapan.

Kedua, magang atau praktek kerja industri (prakerin) minimal satu semester atau lebih.

Ketiga, terdapat mata pelajaran project base learning dan ide kreatif kewirausahaan selama 3 semester.

Keempat, SMK akan menyediakan mata pelajaran pilihan selama 3 semester, misalnya siswa jurusan teknik mesin dapat mengambil mata pelajaran pilihan marketing.

Terakhir, terdapat co-curricular wajib di tiap semester, misalnya membangun desa dan pengabdian masyarakat.

Kelima aspek diatas akan menjadi bagian program SMK CoE 2020, kami juga telah memasukkan paket 8+1, sedangkan pada 2021 akan diluncurkan program SMK Pusat Keunggulan (PK), yakni penyempurnaan SMK CoE dengan melibatkan PTV untuk membina SMK,” ,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto dalam keterangan tertulis, Sabtu (9/1/2020).

Tidak hanya merubah kurikulum SMK, melalui program Kampus Merdeka besutan pak Menteri ,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka menyelenggarakan proyek independen untuk mendapatkan kompetensi di bidang machine learning, mobile development, dan cloud computing. Proyek ini diberi nama Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit) 2021.

Mahasiswa juga diiming-imingi sejumlah manfaat diantaranya mendapatkan 20 SKS, sertifikasi dari Google, kesempatan untuk menjadi salah satu dari 10 tim terpilih untuk menerima dana inkubasi proyek, dan menjadi salah satu dari 40 nomine Bangkit untuk mengikuti program UIF di Stanford University.

Arah Pendidikan Indonesia

Arah kebijakan pemberdayaan potensi generasi yg berbasis pelibatan korporasi, sama artinya dengan menyerahkan potensi unggul generasi pada korporasi (asing). Hal Ini terbaca dari kurikulum Pendidikan menengah dan tinggi. Manusia adalah sebuah aset bangsa, dalam dirinyalah terdapat potensi berpikir untuk menghasilkan produk pemikiran, karya, dan inovasi. Bila disadari, sebenarnya kehilangan potensi sumber daya manusia tentu sangat merugikan negara.

Program Bangkit hakikatnya adalah menghibahkan potensi generasi untuk korporasi. Posisi tawar anak negeri hanya sebagai buruh. Mereka tidak dicetak untuk mengabdikan potensi dirinya bagi bangsa dan masyarakatnya. Hidup hanya untuk berburu upah. Sementara Korporasi akan mendapatkan jaminan stok pekerja dengan kompetensi terbaik untuk kepentingan produksi dengan mengeruk laba tanpa batas.

Lebih lanjut, wikan menjelaskan target 80 persen lulusan pendidikan vokasi dapat terserap ke dunia industri. Sedangkan 20 persen lainnya bisa berbisnis atau ke pekerjaan lain. Hal ini semakin menegaskan bahwa negara ingin berlepas tangan untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga negara dan menyerahkan kepada korporasi.

Alhasil, program bangkit merupakan gambaran lemahnya negara menjalankan fungsi riayah (pengurusan urusan rakyat) yang juga menegaskan eksistensi negara ini sebagai negara korporatokrasi.

Kurikulum, Ideologi, dan Politik

Perlu dipahami bahwa kurikulum pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, sebab ia berkaitan erat dan bergantung pada ideologi dan politik. Dalam sistem ekonomi liberal, pendidikan menjadi instrumen penyokong hegemoni kapitalisme global melalui investasi dan revolusi industri. Negara terbawa arus untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan vokasi.

Tidak hanya itu, berbagai kerja sama proyek penelitian juga dicanangkan dengan tujuan mengikuti kebutuhan korporasi guna berdaya saing secara global, tentu hal ini tidak dilakukan untuk kepentingan pembangunan negara dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Lantas, bagaimana seharusnya kurikulum pendidikan dibuat?

Jika berkaca pada sistem pendidikan berbasis islam, Paradigma pendidikan dan kurikulumnya dibuat dengan tujuan untuk mencetak generasi berkepribadian Islam yang menguasai tsaqofah Islam, memiliki keahlian di bidangnya, serta life skill terbaik.

Output pendidikan Islam diarahkan untuk membangun peradaban Islam yang cemerlang, bukan “sapi perah” bagi korporasi.

Output pendidikan Islam akan mencurahkan segenap keahliannya memprioritaskan pembangunan negeri-negeri yang berada dalam naungan Islam. Sebab, pengabdian generasi terhadap negara dan umat merupakan perintah keimanannya yang berdimensi dunia dan akhirat sekaligus tanpa sekularisasi.

Hal tersebut tampak dari karya besar para penemu islam seperti Ibnu Al-Haitham, ilmuwan yang menciptakan teknologi optik. Abbas bin Firnas membuat konstruksi dasar alat terbang. Abu Abdullah Muhammad bin Jabir ibn Sinan ar-Raqqi al-Harrani as-Sabi al-Battani yang merupakan astronom yang berhasil menemukan hitungan 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik.

Islam mewajibkan negara menjamin terwujudnya generasi pembangun peradaban Islam. Dengan mekanisme baitulmal Penerapan sistem ekonomi Islam mewajibkan pendidikan dibiayai total oleh negara. larangan privatisasi sumber daya alam oleh korporasi sehingga tidak ada dominasi industri kerja.

Serta berjalannya politik pemerintahan Islam yang mewajibkan penguasa untuk menjalankan peran riayah pengurusan urusan umat serta junnah pelindung umat dari segala bentuk penjajahan asing, meniscayakan negara kaum muslimin menjadi negara swasembada dan berdaulat dengan polugri dakwah dan jihad. Berdaya mandiri tanpa perlu otak-atik kurikulum pendidikan vokasi yang tetap berasaskan sekularisme liberalisme.

 

Penulis: Desi Dian S, S.Ikom
Editor: H5P

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos