tegas.co., KENARI SULTRA – Adriatma Dwi Putra (ADP) berceritera tentang apa yang dirasakan saat dimulainnya dan setelah Sidang putusan perselihan pilwali Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) 2017 di Mahkamah Konstitusi (MK).
Perselisihan pilwali Kendari ini bermula saat salah satu pasangan dari tiga pasangan calon tidak puas dan menduga ada kejanggalan dalam pelaksanaannya.
Dari dugaan kejanggalan itu, maka berakhir di MK selaku lembaga yang diberi wewenang untuk memutuskan perselisihan tersebut.
ADP-SUL selaku pasangan yang meraih suara terbanyak tak merasakan sedikitpun kebimbangan atas persidangan di MK.
“Perasaan saya, biasa saja, karena pada prinsipnya, apapun putusan MK harus dihormati,”tutur ADP di Kendari, Kamis (6/4/2017),
Selanjutnya, lanjut ADP, saat hakim panel MK mengetok palu, bahwa menolak gugatan pemohon, dirinya juga merasa biasa-biasa saja.
“Euforia itu, dari masyarakat yang yang hadir maupun yang menjemput kedatangan kami di Kendari setelah menghadiri persidangan, semua biasa-biasa saja. Tidak ada yang berlebihan,”tutur walikota yang tergolong paling termudah di Indonesia.
Dia menambahkan, dirinya saat ini focus pada program 100, dimana masyarakat cukup mengharapkan pembangunan yang pro rakyat.
“Fokusnya program 100 hari yang sudah kami persiapkan,”tambahnya.
ADP menghimbau agar seluruh warga kota Kendari, Sulawesi Tenggara tidak ada lagi berkotak-kotak.
“Jadi mari semua bersama-sama membangun kota Kendari tanpa ada perbedaan lagi. Pilwali sudah usai, saatnya bersatu memajukan daerah yang kita cintai ini,”imbuh manta ketua Komisi III DPRD Sulawesi tenggara periode 2014-2019 ini.
Sementara itu, suasana penjemputan ADP-SUL selaku walikota terpilih periode 2017-2022 dari bandara menuju kediaman orang tua mertua ADP memadati sepanjang jalan.
PUBLICIZER : MAS’UD