Arinta Sumangerukka: Tenun Masalili Bukan Sekadar Kain tapi Napas Hidup Para Perajin

IMG 20250519 WA0000 1
Ketua Dekranasda Provinsi Sulawesi Tenggara, Arinta Andi Sumerungka, menyerahkan bantuan bahan baku tenun kepada perwakilan penenun di Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga, Kabupaten Muna. Sabtu, ( 17/5/2025 ). Dok. Foto Istimewa

TEGAS.CO., MUNA – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sulawesi Tenggara, Ny. Arinta Andi Sumangerukka, kembali menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian budaya dan penguatan ekonomi kreatif lokal. Dalam kunjungannya ke Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga, Kabupaten Muna, Sabtu (17/5/2025), ia menyerahkan bantuan bahan baku benang kepada para perajin tenun.

Dengan mengenakan busana tenun Masalili, Arinta tampak menyatu dengan suasana desa. Namun, kunjungan ini bukan hanya simbolis. Ia datang, melihat langsung, dan berdialog hangat dengan para ibu-ibu penenun yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga lewat hasil tangan mereka yang luar biasa.

Klik bennernyaE-katalog tegas.co v6 tahun 2025

“Saya terharu. Biasanya saya pakai kain tenun tanpa tahu siapa yang membuat. Hari ini saya bisa menatap wajah-wajah tangguh di balik selembar kain yang penuh cerita,” ungkap Arinta dengan nada bangga.

Tak sekadar memberi, Arinta juga mendengar. Ia menyerap aspirasi para perajin yang mengaku rata-rata hanya mampu memproduksi tiga kain per bulan, dengan penghasilan berkisar Rp325 ribu hingga Rp1 juta. Jumlah yang masih belum sebanding dengan keahlian dan ketekunan yang dibutuhkan dalam proses menenun.

“Tenun ini bukan barang biasa. Ini karya seni. Pekerjaan ibu-ibu ini harus dihargai dengan nilai yang pantas,” ujarnya tegas.

Ia juga menekankan bahwa kualitas tenun Masalili tak kalah dari tenun-tenun populer lain seperti dari Lombok atau NTB. Warna yang cerah, motif khas, serta kekayaan nilai budaya lokal harus dijaga, dilestarikan, dan dikenalkan lebih luas. “Kita tidak boleh hanya jadi penonton di negeri sendiri. Tenun Sultra harus punya panggung nasional,” kata Arinta.

Sebagai bentuk dukungan konkret, Arinta mendorong Dinas Kominfo Kabupaten Muna untuk membuat video dokumenter tentang perjalanan Desa Masalili sebagai desa tenun. Baginya, promosi digital adalah kunci di era sekarang, apalagi generasi muda perlu mengenal warisan leluhurnya dari media yang mereka akses setiap hari.

Kegiatan ini juga dihadiri Wakil Ketua Dekranasda Prov. Sultra Ny. Ratna Lada Hugua, Ketua Dekranasda Kab. Muna Prof. Dr. Hj. Siti Leomo Bachrun, SE., M.Si, serta pejabat terkait. Rangkaian kunjungan dilanjutkan dengan peninjauan ke Rumah Tenun Kelompok Musrifah, wisata prasejarah Gua Liangkobori, pengrajin nentu di Desa Korihi, serta eksplorasi wisata Danau Napabale dan Puncak Wakila.

Kehadiran Ketua Dekranasda bukan sekadar membawa bantuan, tetapi membuka jalan. Jalan bagi para perempuan perajin agar diakui, dihargai, dan berdiri sejajar dalam pembangunan ekonomi berbasis budaya.

Lebih dari itu, harapan ini juga ditujukan kepada generasi muda. Bahwa menenun bukan pekerjaan kuno, tapi identitas yang harus dijaga. Budaya bukan barang museum, melainkan warisan hidup yang bisa menghidupi. Generasi muda harus bangga memakai, mempromosikan, bahkan mewarisi keterampilan menenun. Karena di balik selembar kain Masalili, ada sejarah, ada perjuangan, dan ada masa depan.

Sudah saatnya kain tenun tak hanya dipakai saat seremoni, tapi menjadi simbol gerakan budaya, ekonomi, dan karakter daerah. Dan Masalili, dengan segala kekhasannya, layak dikenal dunia.

Komentar