tegas.co, KENDARI, SULTRA – Perang Dunia ke II atau sekitar tahun 1942 silam di Sulawesi tenggara khusus di Kota Kendari masih membekas. Itu dengan masih adanya benteng dan meriam peninggalan penjajah dari Jepang.
Bunker serta Benteng dengan meriam yang masih utuh tersebut sudah dijadikan sebagai cagar budaya oleh pemerintah terletak di kelurahan Mata kecamatan kendari, Kota Kendari. Hanya saja cagar budaya yang menyimpan kenangan sejarah pertempuaran di teluk Kendari itu terlantar, sehingga bunker tersebut terancam tertutup rimbunan rumput.
“Bungker bersejarah ini, nyaris tidak terlihat, lantaran areanya di padati pemukiman warga dan semak belukar,” ujar salah seorang warga di sekitar lokasi bunker kepada awak media ini, jumn,at (18/8).
Bungker berukuran sekitar 3 kali 4 meter ini, sudah di jadikan cagar budaya oleh pemerintah, oleh karena rentetan sejarah negara ini, sedikit – banyak, telah terulas detail, dari jejak sepak terjang tentara jepang selama menduduki Indonesia khususnya di Kota Kendari .
Dari cerita warga sekitar, terungkap sejarah pembangunan bungker, keberadaan meriam, dan fungsi pengawasannya terhadap lalu lintas militer musuh melalui jalur laut dan udara kala itu .
“Sangat disayangkan bunker atau benteng serta meriam peninggalan penjajah Jepang tersebut tidak dirawat. Keberadaan bunker tersebut merupakan bukti sejarah bahwa jepang pernah menjajah dan berkedudukan di Kendari,” kata Hadianto salah seorang warga kelurahan Mata.
Menurutnya, meriam dengan panjang laras sekitar 3 setengah meter, yang difungsikan untuk menembaki kapal musuh yang melintas di kawasan laut teluk Kendari itu masih terpasang dengan baik, bahkan menurut cerita dan sejarahnya meriam ini, pernah menembaki pesawat tempur sekutu, dan jatuh disekitar perairan Labengki.
Selain bunker dengan meriam, juga terdapat terdapat tiga lubang gua tentara Jepang yang kondisinya saat ini sudah tertimbun tanah.
“Lubang bungker tentara jepang ini, menghubungkan sejumlah gua lainnya di sepanjang perbukitan wilayah Kassilampe, Kassi ponco, Ponangka, mata dan Sorue yang dibangun untuk mengawal serta mengawasi setiap kapal dan pesawat yang melintas diteluk Kendari,” katanya bercerita.
“Kami berharap pemerintah Kota kendari yang telah menjadikan bunker dan meriam peningglan penjajah ini sebagai cagar budaya sebaiknya dirawat dengan baik. Pasalnya dinding bungker, kerap menjadi sasaran aksi vandalism oleh oknum yang tidak bertanggung jawab,” tandasnya.
FEBRI
PUBLISHER : HERMAN