Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Dilema dan Solusi Pembelajaran Bahasa Inggris Daring

778
×

Dilema dan Solusi Pembelajaran Bahasa Inggris Daring

Sebarkan artikel ini
Apriana Dwi Kartika Sari guru SMK negeri 2 Jepara Jawa tengah

TEGAS.CO.,NUSANTARA – Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar pada pendidikan di Indonesia. Pembelajaran daring merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia. Adanya  pembelajaran daring ini  membuat dilema tersendiri bagi orang-orang yang menjalankannya, bagi para siswa, guru, dan orang tua.

Bagi siswa tentunya membutuhkan pendampingan dalam belajar dan mereka harus melaksanakan berbagai macam tugas yang harus dikumpulkan dalam waktu yang telah ditentukan. Orangtua diharuskan mendampingi anak-anaknya belajar.  Terlebih lagi orangtua yang memiliki lebih dari satu orang anak. Tidak jarang orangtua banyak yang mengeluh dan merasa kewalahan akan pembelajaran daring. Pendidik juga dituntut agar menguasai teknologi terkini. sebenarnya ada cara termudah agar pendidik dan peserta didik dapat bertatap muka menggunakan Google Meet atau Zoom Meeting.

Mengingat keadaan dan tantangan di era kenormalan baru ini pendidik dituntut bersifat self-instructional (belajar mandiri) sangat disayangkan masih banyak pendidik yang kurang menguasai teknologi pembelajaran. Hal ini menciptakan kesenjangan kemampuan antara satu dengan yang lain dampaknya juga akan berimbas pada kualitas pendidikan di Indonesia secara umum.

Smaldino (2012:7-9) mengatakan teknologi yang mempunyai aneka variasi aplikasi bisa diterapkan dan didayagunakan dalam semua cakupan kurikulum. Di satu sisi teknologi sangat membantu transfer ilmu dan pengetahuan dari guru kepada siswa tetapi di sisi lain memunculkan dilema di tengah pandemi ini. Diantaranya ialah keresahan pendidik seperti guru, orang tua, dan peserta didik antara baik buruk efek belajar daring dalam pembelajaran bahasa inggris.

Belajar daring ini memudahkan bagi pendidik mengajar bahasa inggris dengan menyingkat waktu dan meminimalkan biaya pendidikan karena banyak platform Internet beraneka format multimedia teks, kuis, audio, visual, atau film yang menujang silabus dan menyediakan materi dan latihan bahasa Inggris yang dapat unduh semua kalangan.

Lebih penting lagi dari sekadar penggunaan teknologi pembelajaran, orang tua juga dipastikan memiliki peranan yang mahapenting dalam memberi semangat dan membantu peserta didik memahami materi yang diajarkan dan mendampingi peserta didik, orang tua dituntut agar tidak gagap teknologi padahal tidak semua orang tua memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik tersebut misalnya orang tua sibuk berkutat dengan pekerjaan sehingga anak akan kurang pengawasan saat peserta didik menjalani pendidikan online learning.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa di era kenormalan baru ini, peserta didik mudah mengakses materi pembelajaran kapan dan di mana saja yang menjadikan peserta didik lebih memahami dan memperkuat pengetahuan akan materi pembelajaran. Meskipun demikian di sisi yang lain belajar daring  juga membuat peserta didik kesulitan memahami materi pembelajaran, munculnya fenomena rendahnya kesadaran motivasi yang menyebabkan semangat dan kualitas belajar peserta didik yang rendah bahkan banyak juga dari peserta didik yang mengeluh sakit mata karena sering terpapar layar ponsel atau laptop sampai 16 jam sehari dan kurangnya bertatap muka dengan guru menyebabkan degradasi moral dan etika pada anak bangsa.

Satu poin yang perlu kita sadari sejak dini ialah pentingnya mewujudkan adanya hubungan timbal balik antara pihak pemerintah, orang tua, pendidik dan peserta didik yang merupakan hal penting dalam mewujudkan kesuksesan dalam pembelajaran bahasa inggris secara daring. Penulis memahami keluh kesah para pendidik yang merasa sangat kurang dalam penguasaan teknologi pembelajaran bahasa Inggris dan dalam situasi yang mendesak ini pendidik perlu mengupayakan dan mengoptimalkan fasilitias pembelajaran daring yang terbaik bagi peserta didik dengan berbagai cara.

Penulis: Apriana Dwi Kartika Sari (Guru SMK negeri 2 Jepara Jawa Tengah)

Editor: H5P

Terima kasih