Wilayah Pesisir Lingkar Tambang PT GMS Masih Asli dan Alami

Foto pesisir Desa Sangi-Sangi

TEGAS.CO, KONAWE SELATAN – Kondisi wilayah pesisir Desa Sangi-Sangi dan Desa Ulusawa Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Sulawesi Tenggara (Sultra), yang bersebelahan langsung dengan Jetty PT Gerbang Multi Sejahtera (GMS) sejauh ini masih asli dan alami, tidak ada perubahan warna air lautnya.

Hal itu diungkapkan oleh, Nisrawati S.Pd yang juga mantan Kepala Desa (Kades) Sangi-Sangi Kecamatan Laonti dikediamannya. Senin (24/10/2021).

Nisrawati bercerita, Ia lahir di Desa Sangi-Sangi tahun 1985, sekolah SD, SMP, besar dan tinggal menetap di Desa Sangi-Sangi. Nanti SMA baru ke Kendari karena dulu belum ada SMA di Laonti. Soal warna air laut masih sama tidak ada perubahan.

“Warna air lautnya masih seperti duluji, masih jernih kebiru-biruan. Kita liatmi sendiri itu di pinggir pantai, kita bisa saksikan sendiri seperti apa wujudnya, jernih kebiru-biruanji. Masih asli dan alami,” terangnya.

Ia menjelaskan, dari kecil hingga sekarang jika turun hujan air laut pasti keruh. Hal itu diakibatkan air sungai yang bermuara di laut.

“Disini kan ada sungai. Jadi, jika turun hujan air laut pasti berubah warna jadi keruh. Karena airnya mengalir ke laut. Dan waktunya tergantung hujannya, kalau lama keruhnya juga pasti lama,” jelasnya.

Foto pesisir Desa Ulusawa

Sebagai warga lingkar tambang, Ia melihat perusahaan PT GMS ini sudah banyak memberikan kontribusi, baik itu kontribusi jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Artinya, perusahaan ini benar-benar menjalankan komitmennya dengan masyarakat Kecamatan Laonti pada umumnya.

“Saat ini masyarakat sudah dapat kompensasi setiap bulan. Perusahaan juga sudah bangun Asrama Mahasiswa, pembanguan Masjid, bantuan Ambulans Laut, Bus Sekolah, Beasiswa dan pembagian sembako. Terus juga nanti akan ada pembangunan jalan untuk jangka panjangnya,” tandasnya.

Ditempat terpisah, salah seorang warga Desa Ulusawa, Antasari mengatakan, bahwa saat ini Ia dan masyarakat lain masih melakukan aktifitasnya sebagai nelayan seperti biasanya.

“Iye kita masih suka pergi memancing seperti biasanya,” ungkapnya.

Antasari mengaku, masyarakat lingkar tambang selain mendapatkan kompensasi setiap bulan, juga dapat bantuan sembako, serta mengelolah Perusahaan Bongkar Muat (PBM).

Foto pesisir Desa Tue-Tue

Untuk pengelolaan PBM, sambung Antasari, telah diatur secara bergiliran per Kepala Keluarga (KK). Jadi semua masyarakat pasti dapat giliran.

“Kalau uang Kompensasi Dampak kalau tidak salah ingat sudah 3 kalimi disalurkan. Pertama uang panjar Rp 2, 9 juta, kedua Rp 1,3 juta dan ketiga Rp 1 juta, dan pembayarannya langsung di transfer di rekening masing-masing masyarakat,” imbuhnya.

Walaupun mendapatkan kompensasi dari perusahaan setiap bulan, tambah Antasari, namun Ia tetap melakukan aktifitasnya sebagai nelayan karena hasilnya juga masih bagus.

“Penghasilan sebagai nelayan masih bagus, malahan sekarang sudah ada pendapatan lain dan itu sangat membantu sekali. Pesisir pantai Desa Ulusawa masih sama seperti dulu tidak ada perubahan,” terangnya.

Untuk diketahui, saat ini warna air laut wilayah pesisir 4 (empat desa) lingkar tambang, yakni Desa Sangi-Sangi, Tue-Tue, Ulusawa dan Desa Lawisata masih seperti sediakala asli dan alami, tidak ada perubahan warna.

Laporan : DIN

Editor : YUSRIF

Komentar