Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Ironi Pendidikan Hari Ini, Perlu Islamisasi ?

768
×

Ironi Pendidikan Hari Ini, Perlu Islamisasi ?

Sebarkan artikel ini
Ironi Pendidikan Hari Ini, Perlu Islamisasi ?

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Pendidikan adalah salah satu kebutuhan mendasar yang wajib dipenuhi, sebab merupakan instrumen pencetak kualitas generasi. Tak heran, sebuah negara dikategorikan terbelakang ketika akses pendidikannya kurang memadai atau bahkan tidak berkualitas.

Bila kita membuka kembali UU No. 20 tahun 2013 pasal 3 mengenai SISDIKNAS, maka kita akan mendapati tujuan pendidikan nasional diantaranya mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri.

Sayangnya tidak demikian. Selain karena perangkatnya tak memadai, biaya pendidikan yang mahal, akses yang sulit, terlebih kurikulum dan program yang diluncurkan justru jauh dari tujuan pendidikan nasional yang ingin mewujudkan generasi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia, mandiri, kreatif dan sebagainya.

Hal ini terlihat pada sejumlah fakta, misalnya disahkannya permendikbud no.30 tahun 2021 tentang pencegahan kekerasan seksual. Sekilas nampak solutif. Namun sayang, ada frasa seksual  yang berpotensi melegalkan zina/seks bebas atas dasar dengan persetujuan, tanpa paksaan dan kekerasan. Ini jelas bertentangan dengan UU Sisdiknas yang mengharapkan pendidikan terikat dengan aturan pencipta.

Selain itu, ketimpangan di berbagai aspek pendidikan juga turut menyertai ironi dari pendidikan nasional kita. Diantaranya terkait kesempatan bersekolah, dimana banyak dari anak bangsa yang tidak bisa mengenyam bangku sekolah.

Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti mengatakan, berdasarkan hasil pengawasan sejak Januari 2021, terjadi peningkatan jumlah anak putus sekolah selama masa pandemi Covid-19.

KPAI menemukan data-data lapangan yang menunjukkan angka putus sekolah cukup tinggi, terutama menimpa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin.(beritasatu.com)

Juga data dari HSBC Global Report 2017,  Indonesia menempati urutan ke-13 sebagai negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia dan menempati urutan ketiga dinegara ASEAN.  Bahkan biaya pendidikan di Indonesia lebih mahal dari pada biaya Pendidikan di Prancis yang hanya Rp237 juta. (m.medcom.id)

Belum lagi, pendidikan hari ini juga mengarahkan generasi bukan lagi pada tujuan awal, yakni melahirkan manusia yang beriman dan bertaqwa, kreatif dan mandiri, melainkan menjadi manusia yang jauh dari Tuhannya, hanya memfokuskan pada capaian materi dan manfaat pribadi belaka, bukan lagi untuk kebermanfaatan umat di masa depan. Arah pendidikan hari ini malah berkiblat pada Barat.

Dr. Muhammad K. Sadik sebagaimana dikutip dalam majalah Al-Wa’ie memaparkan, pendidikan hari ini merancang pembentukan SDM Indonesia bukan lagi berbasis penguasaan ilmu demi kemandirian bangsa, tetapi lebih tampak dipersiapkan untuk mengisi tren pasar lapangan kerja global. Dan ini justru akan mengancam negeri.

Benar saja, dampak tersebut nampak pada output yang dihasilkan pendidikan kita hari ini.
Kompas.tv (15/01/2021) pernah menayangkan terkait kasus jaringan Narkoba yang melibatkan  pelajar sebagai kurir narkoba jenis sabu juga sebagai pengguna dan pengedar narkoba.

CNN Indonesia juga merilis berita terkait tawuran pelajar, serta seks bebas yang melibatkan 93,8% yang melakukan seks bebas, dan 97% yang mengakses konten pornografi.

Juga kasus pelecehan seksual yang makin marak terjadi, baik di dunia sekolah maupun di dunia kampus, bahkan terjadi di lingkungan pesantren, sebagaimana viral diberitakan baru-baru ini.

Ironi pendidikan hari ini tidak lain adalah buah penerapan sistem kapitalisme-sekuler yang mengabaikan aturan dari Allah. Padahal, apa yang Allah turunkan tentu saja adalah yang terbaik untuk hamba-Nya.

Lihatlah ! bagaimana pendidikan islam melahirkan generasi emas yang mengisi peradaban agung abad pertengahan. Peradaban islam yang mampu menaungi 2/3 dunia selama 1.300 tahun lalu terbukti menjadi role model peradaban manusia lainnya.

Tim Wallace-Murphy (WM) dalam bukunya berjudul What Islam Did for Us memaparkan fakta tentang transfer ilmu pengetahuan dari Dunia Islam ke Barat. Di bidang teknologi, Donald R. Hill dalam bukunya Islamic Technology membuat daftar panjang berbagai industri yang pernah ada dalam sejarah Islam.

Selain kemajuan iptek, sistem pendidikan Islam disusun dengan kurikulum berbasis akidah islam dan hanya ditetapkan oleh negara, tanpa campur tangan siapapun terutama pihak asing sebagaimana hari ini.

Negara islam juga berkewajiban membangun sarana dan prasarana belajar, mengadakan pembelajaran secara cuma-cuma, menciptakan iklim literasi ditengah tengah kaum muslimin dimanapun wilayahnya, tanpa ada diskriminasi.

Inilah yang menjadikan peradaban islam berdiri kokoh dengan generasi yang beriman, bertaqwa, mandiri, kreatif sebagaimana tujuan pendidikan nasional kita.

Maka pertanyaannya, perlukah proses islamisasi?
Tentu saja. Namun, perubahan hakiki bukan sekedar dengan islamisasi secara parsial, namun butuh penerapan islam secara kaffah akan memudahkan kita menggapai kembali posisi kita sebagai umat dengan pendidikan dan peradaban yang mulia.

Wallahu a’lam

Penulis: St. Hartanti (Aktivis Dakwah Kampus)

Editor: Yusrif Aryansyah

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos