Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Penghargaan The Best Teraju, Kisah Nasionalisme Rusdianto di Negeri Tirai Bambu

1975
×

Penghargaan The Best Teraju, Kisah Nasionalisme Rusdianto di Negeri Tirai Bambu

Sebarkan artikel ini
Arifudin, Direktur Lembaga Pengkajian dan Pendidikan Pancasila (LP3)

TEGAS.CO,. NASIONAL – Rusdianto nama lengkapnya. Akrab disapa Rusdianto Samawa. Aku sendiri memanggilnya Abang. Penulis mengenal betul. Sosok yang “nyeleneh” dan kontroversi. Saat pengkaderan Darul Arqam Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tahap pertama masuk organisasi. Beliau orang yang sangat dinantikan dalam berbagai forum. Selalu berbeda dan konsisten atas sikap inklusifnya.

Penulis sendiri ingat, saat mau diblokade forum perkaderan di Lombok Timur oleh kelompok lain. Karena, mengisi materi DAD manajemen organisasi. Tetapi makalah Bang Rusdi berjudul “Manajemen Organisasi Perspektif Teori Shaffan.” Penulis waktu itu belum membaca tuntas tulisannya. Tetapi, lambat laun waktu berjalan, penulis membaca kembali beberapa spekterum pemikiran bang Rusdi dalam tulisan dengan teori shaffan itu.

Dalam makalah, terdapat dalam percikan pemikiran yang Rusdianto tuangkan dalam berbagai karya bukunya berjudul “Poskolonial Pancasila, Indonesia Melawan Kanalisasi, penerbit Bayumedia Malang, bab 5 hal.441, yang dinamakan Teori Shaffan terdiri dari; pertama, Kesadaran Iqranisasi (Membaca dan Menulis); Kedua, Kesadaran Tauhid (Meyakini Keesaan Tuhan); Ketiga, Kesadaran Majelis (musyawarah Mufakat dan dialog) dan; Keempat, Kesadaran Harakah (Bertindak bergerak dan Menyajikan). Teori shaffan sudah terbit buku pada 2008 dan 2013.

Penulis menjadi mengerti betul, arah pemikiran Bang Rusdi. Memiliki independensi yang kuat, tidak terikat pada siapapun dan melakukan sesuatu sesuai keinginan hati dan jiwanya. Tetapi, Bang Rusdi juga memiliki cirihas khusus, yakni sering menyendiri (me time), menjauh dari keramaian. Selalu gelisah ketemu masalah – masalah kerakyatan. Faktanya, sejak mahasiswa sudah jalan keliling pesisir mulai tahun 2002 hingga sekarang.

Bang Rusdi juga sangat kuat begadang malam, jarang tidur. Kerjanya menulis, bicara sendiri. Karakter mengakui kesalahan sendiri, apabila salah. Pola hidupnya maskulin, kadang berantakan. Suka duduk sendiri, evaluasi diri sendiri. Kesukaan hidup menantang diri, walaupun keadaan tak mungkin. Ciri – ciri seperti ini, dibilang jenius karena punya khas yang berbeda dari yang lain.

Sebagaimana media CNBC Indonesia (2021) beritakan ciri – ciri yang biasanya ditunjukkan oleh orang jenius yang dirangkum, yakni cenderung berantakan (antagonis), suka menyendiri (me time), mengakui kesalahan, sering kritik, suka bicara sendiri, suka menantang diri sendiri, suka tantangan dan sering begadang. Itulah cirihas Bang Rusdi selalu berperan antagonis jenius.

Beberapa saksi juga ungkap, saat berada di China. Bang Rusdi pernah juga cerita sendiri. Saat penulis menanyakan makna video pidatonya di kampus Universitas Muhammadiyah Malang pada 2017 lalu. Dimana video tersebut, jadi alat bukti pencemaran nama baik terhadap menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014 – 2019. Dalam video, bang Rusdi mengatakan “Nasionalisme Saya Lebih Tinggi dari Bahasa Inggris.” ungkap Bang Rusdi divideo yang berdurasi panjang tersebut diakun YouTube @Rusdianto Samawa itu. Tetapi akun YouTube ini sudah ditutup oleh Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai alat bukti.

Penulis mencoba mengulas sebagian pengalaman Bang Rusdi semasa di China. Karena bang Rusdi sudah banyak bercerita mengupas pengalamannya di negeri tirai bambu itu. Tentu, hubungan pidatonya di Kampus Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2017, menceritakan soal agenda Cina akan menguasai poros maritim Indonesia. Sebagaimana dalam tulisan bang Rusdi dimuat media Teropong Senayan dan Nusantara News yang berjudul “Benarkah Indonesia Dicengkram?” serta tulisan Bang Rusdi berjudul “Poros Maritim Modus China Kuasai Indonesia” dimuat media Detik Peristiwa.

Alkisah, presentasi makalah harus memakai bahasa Inggris. Tetapi, Bang Rusdi tak mau. Karena tak bisa logat berbahasa Inggris. Namun, menulis bahasa Inggris lancar. Makalah tentang “One Belt One Road.” Presentasi makalah itu, harus menggunakan bahasa Inggris. Namun, jawaban bang Rusdi “Saya tak mau, nasionalisme saya lebih tinggi dari bahasa Inggris.” Karena ngotot akhirnya solusinya harus pakai airphone yang langsung nempel ditelinga. Kemudian, Bang Rusdi mulai presentasi memakai bahasa Indonesia dan suara translate bahasa Inggris dan Bahasa China diterima audiens dalam forum tersebut.

Memang, Bang Rusdi dikenal antagonis tak mau di dikte. Selalu ada ide dan cara ekspresikan nasionalisme. Makanya, itu alasan argumentasinya, saat ribut calon Presiden Republik Indonesia harus menggunakan dan/atau tau berbahasa Inggris. Padahal tak harus bisa bahasa Inggris. Terpenting, bagi bang Rusdi menunjukan rasa kebesaran bahasa bangsa sendiri, ditengah bangsa lain.

Beberapa jawaban bang Rusdi ditujukan kepada pemerintah yang kriminalisasi dirinya, dilaporkan kepada bareskrim siber polri) terhadap dirinya. Melalui tulisannya di media Nusantara News berjudul “Benarkah Indonesia Dicengkram?” yang dipublikasi pada 28 September 2018 lalu. Tulisan tersebut, mereview pidato Keynote Speaker di acara Himapikani (Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia) di Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 26 Mei 2017 lalu.

Bang Rusdi sendiri, berangkat ke Cina sekitar bulan Mei – Juni 2015 dalam agenda riset dan pertukaran pemuda Indonesia. Flight ke China bersama para kaum muda Indonesia lainnya, sebanyak 10 orang. Disana bang Rusdi menginap di sebuah hotel dI Fozou, bahkan menikmati kereta cepat Cina jurusan Fozou – Beijing. Ceritanya, “saking takjub naik kereta itu, jauh Fozou – Beijing sekitar 2 kali pulang pergi keliling pulau Jawa. Tetapi, kereta melesat diatas railway-nya menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam. Luar biasa bukan?.” Ungkap Bang Rusdi saat bercerita kepada penulis.

Selanjutnya, kegiatan utamanya Bang Rusdi bersama kawannya adalah perkenalan “Pemuda Masa Depan untuk One Belt One Road.” Para pemandu kegiatan sejak hari pertama, semua produk Cina mulai dari merk handpone, teknologi, budaya, sistem politik, panti sosial, partai komunis china, hingga mall-mall big market menjadi konten promosi setiap pemandu yang memandu perjalanan.” Cerita Bang Rusdi.

Selama di Negeri Tirai Bambu itu, Bang Rusdi banyak belajar tentang budaya, pembangunan, sosialisme dan ideologi komunisme. Bahkan, kunjungan ke kantor pusat Partai Komunis Cina. Waktu itu, rombongan Bang Rusdi, konon diterima oleh sala satu menteri China. Kemudian malamnya, gelar acara gathering perpisahan. Masing-masing menampilkan kekayaan budaya. Kami dari Indonesia menampilkan budaya Tarian Poco-Poco, Tarian Aceh, Tarian Papua dan Sinden Jawa. Tampil ala kadarnya, sesuai tune suara pembawanya, sambil di iringi band-band lokal Cina. Menarik sekali, bagi Bang Rusdi pengalaman pertamanya berada di China. Tetapi, Bang Rusdi, menuturkan kepada penulis bahwa tidak puas belajar ilmu komunis Cina dan Sosialisme.

Namun, perlu di ketahui bahwa Mao Zetung dengan segala doktrinnya ternyata sangat di kagumi oleh bangsa Cina. Bang Rusdi dipanti asuhan pemerintah China, membaca buku Lenin, Stalin, Karl Marx dan Nietzei dalam bahasa asing dengan ratusan translate. Kesimpulan Bang Rusdi, setelah membaca dan bertanya secara private kepada seorang ilmuwan intelektual China di Universitas Teknologi China waktu itu, saat gathering malam terakhir, katakan doktrin sosialisme Cina dengan era soviet (karl marx, lenin dan lainnya) sangat berbeda. China menerapkan Sosialisme gaya China dengan unsur penggalian budaya dan pemikiran para pendiri bangsa China itu sendiri. Mengapa harus Sosialisme diterapkan melalui sistem One Belt One Road?. Jawabannya atas pertanyaan Bang Rusdi waktu itu “itulah kecerdasanya seorang pemimpin Cina waktu itu Zaman dinasti Dieng Xio Peng Fab Lie Peng menyusun strategi Cina yang bernama One Belt One Road Untuk Dunia.”

Sampai disitu Bang Rusdi tempatkan strategi “One Belt One Road” sebagai cara untuk berkoloni oleh sebuah bangsa. Maka, ketika suatu bangsa ingin menguasai bangsa lain, maka mereka harus menguasai sektor-sektor rill dari sebuah bangsa itu. Sejak tahun 2015 hingga sekarang, Bang Rusdi terus mengamati dan meneliti arah dan tujuan “One Belt One Road” dengan fokus membaca situasi ancaman terhadap maritim Indonesia yang diperlihatkan oleh China sekarang ini di Laut China Selatan yang diklaimnya sebagai Nine Das Line (9 garis putus).

Bang Rusdi juga terus membaca buku – buku yang memperkuat strategi One Belt One Road seperti, buku “China’s Private Army: Protecting the New Silk Road.” Penulisnya Alessandro Arduino yang banyak memberi masukan dan pemikiran dalam memberi penilaian tentang konsep One Belt One Road hingga keamanan yang mengancam. Selain itu, sederet nama intelektual China yang fokus pada agenda China membangun koloni seperti Dr Paul Cole, Prof. Li Yihai, Prof. Li Mingjiang, Raffaello, Jianming, Yaniv, Mick, Kerry, Kristen, Randy, Dexi, Jacob, Yu, James, Zhao, Joey, Andrew, Huang, Mike, dan Pat.

Itulah yang mendorong Bang Rusdi hingga sekarang, terus belajar, mengamati dan menganalisa situasi sosial politik Indonesia. Jelas bersumber dari berbagai riset dan literatur dari buku – buku yang berdasarkan hasil investigasi, wawancara dan lokakarya yang dilakukan oleh pemerintah China sebagai sebuah strategi dalam mewartakan kepada dunia bahwa konsep One Belt One Road adalah bagian dari agenda privatisasi, kolonisasi dan monopoli negara China terhadap ekonomi dan potensi sumberdaya alam negara lain yang bersifat memaksa.

Unsur nasionalisme yang kuat dimiliki Bang Rusdianto, ketika membaca (Iqranisasi) situasi sosial politik Indonesia beserta kekuatan ideologinya yang dipengaruhi kekuatan asing. Dalam tulisan Bang Rusdi yang dimuat dan publikasi dalam Jurnal Nefo Volume I hal: 5 – 25 berjudul “Revolusi dan Transformasi: Ideologi Jalan Ketiga, Pancasila Rumah Dunia,” bahwa pentingnya nasionalisme yang gemuruh dalam dada generasi Indonesia karena harus mengawal Pancasila sebagai ideologi alternatif, yakin akan mampu menjawab berbagai persoalan dunia.

Menurut Bang Rusdi sendiri dalam tulisannya itu, bahwa “Pancasila yang progresif sedang berjalan kearah transformasi yang diharapkan jalan keluar ciptakan tatanan dunia lebih baik dengan syarat kedepankan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan perdamaian. Revolusi dan transformasi Pancasila meliputi berbagai program kegiatan semua bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Baik secara terprogram, struktural maupun non struktural.” Demikian argumentasi Bang Rusdi sebagai bentuk nasionalismenya dalam membangun sistem negara yang kuat.

Bang Rusdi sendiri, yakin kalau Pancasila memiliki dimensi realitas, idealisme, fleksibilitas dan kebudayaan agar bisa dominan mengatur tatanan dunia. Seluruh dimensi saling pengaruhi satu sama dan berkelindan dengan pengaruh nilai-nilai universal globalisasi, HAM, kemajuan iptek dan pasar bebas bermotif liberalisasi ekonomi yang berdampak langsung pada pergeseran peradaban. Pengujian ketahanan Pancasila sebagai pedoman, alat kerukunan untuk saling menghormati, menghargai, menjaga dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.”

Memang Bang Rusdi selama jadi dosen lepas (tidak tetap) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Mataram tahun 2008 – 2010 mengajarkan mata kuliah Ilmu Pemerintahan dan Pancasila. Kalau di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta tahun 2015 – 2018, Bang Rusdi mengajar Mata Kuliah Ilmu Politik, Mata Kuliah Pancasila dan Mata Kuliah Ilmu Komunikasi. Dari dua kampus ini, wajar pemikiran dan spirit pancasila yang diajarkan Bang Rusdi inilah termakna dalam nasionalisme yang kuat.

Menurut Bang Rusdi, nasionalisme itu harus ada kesadaran kolektif keilmuan dan kultural bagi generasi Indonesia, lebih-lebih memasuki abad neo-hibrida post modernisme ini, pancasila menjadi cermin perilaku generasi Indonesia, untuk menumbuhkan nilai ketuhanan, kemanusiaan dan keadilan, agar tidak tergerus oleh maraknya ideologi yang berusaha ciptakan sItuasi sosial politik ingin mengganti pancasila.

Berangkat dari sebuah fakta sejarah dan konten pemikiran, bahwa pancasila sebagai alternatif kerangka filsafat teoritis dan praktis yang lebih manusiawi menjadi sebuah keniscayaan. Pancasila merupakan main streem pembentuk dan penopang segala bangunan pemikiran. Pancasila adalah sebuah bangunan kerangka yang di dalamnya mampu menyatukan berbagai bentuk perbedaan.

Itulah sikap dan ekspresi nasionalisme Bang Rusdi. Jelas bisa dibaca dan dikaji pemikiran nasionalismenya dari semua karya buku dan tulisan digoogle schoolar yang sangat banyak sekali. Karena, metode menulis dan riset sehingga Bang Rusdianto dikenal berani, nasionalis dan hebat. Tentu kehebatannya pun dapat dibuktikan, misal menerima penghargaan The Best teraju dari media Detik Indonesia. Penghargaan itu diterimanya pada bulan Juni 2021.

Pemberian penghargaan The Best Teraju kepada Rusdianto Samawa yang akrab disapa Rusdianto ini. DIberikan oleh beberapa institusi media nasional memberikan penghargaan Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasinya dalam berbagai riset politik, ekonomi, UMKM, Kelautan – Perikanan serta advokasi pendampingan, pemberdayaan masyarakat pesisir sehingga wajar Bang Rusdi diberikan penghargaan sebagai Penulis The Best Teraju Terpopuler, berupa Plakat Prestasi, Sertifikat dan Royaltie.

Pada tanggal 5 Juni 2020 lalu, DetikIndonesia telah melakukan kegiatan rutin tahunan yang telah di jalankan 3 tahun terakhir ini. Sehingga suatu kehormatan bagi DetikIndonesia dan Rusdianto atas keuletan dan partisipasinya dalam dunia menulis, pemberdaya dan pendampingan rakyat. Tahun 2020 – 2021, Lembaga Detik Indonesia Research (DIR) telah melakukan riset akademik bahwa Bang Rusdi diantara 5 Toko Penulis The Best Teraju. Ya, harus diakui Rusdianto memiliki gaya, jalan hidup, karakter dan komunikasi yang berbeda bersama kawan lainnya. Selama bertahun – tahun telah menjadi tokoh publik yang setiap saat muncul diberbagai media media nasional dan rujukan dalam berbagai kebijakan pemerintah dan kepedulian sosial kemasyarakatan. Melalui berbagai tulisan dan narasumber di seluruh saluran media lokal maupun nasional, baik tv, online, dan cetak.

Menurut Muliansyah Abdurrahman Ways, direktur PT. Detik Indonesia, bahwa sosok Bang Rusdi meraih penghargaan tersebut, merupakan tokoh nasional yang memiliki peran penting dalam perubahan situasi sosial politik sejak tahun 2014 – 2021 hingga menghadapi tuntutan pengadilan kekuasaan di pengadilan negeri Jakarta hingga Mahkamah Agung karena di kriminalisasi oleh pejabat, penyebabnya menulis dianggap pencemaran nama baik. Namun atas rahmat Allah swt Mahkamah Agung membebaskan Bang Rusdi dari segala tuntutan apapun.

Penghargaan tahun 2021 ditengah Corona Virus sangat luar biasa, karena Rusdianto sendiri tidak memandang pandemi dalam advokasi rakyat, nelayan, peternak, petani dan pendampingan UMKM. Padahal berbagai sektor pemberdayaan petani nelayan peternakan saat sekarang, hadapi tantangan berat dimasa kini juga. Penobatan Anugerah Detik Indonesia 2021 kepada Bang Rusdi dinilai telah memberikan banyak manfaat kepada masyarakat dan kegiatan Miladiyah MDI Network pada tanggal 5 Juni 2021 yang merupakan hari istimewa tahunan Media Detik Indonesia (MDI Group).

Memang harus akui, Bang Rusdi telah konsisten melakukan tugasnya sebagai pemerhati rakyat. Tentu dengan kritiknya dan kepada siapapun mereka yang dibiayai dari pajak rakyat, karena kritikan itu sangat berarti bagi bangsa dan negeri ini. Jika kelak aku hidup dari pajak rakyat maka tugas kalian harus lebih keras mengkritik ku. Sebab kritik itu bukan rasa kebencian. Kritik itu asupan gizi demokrasi untuk lebih baik.

Pengetahuan yang dimiliki Bang Rusdi banyak bersumber dari faktor keragaman nilai-nilai keagamaan dan pengalaman pergerakan sehingga kuat nasionalismenya. Secara objektif Bang Rusdi lahir ditengah kondisi sosial ekonomi politik yang keras sehingga dari pengalaman itu, sangat cerdik mengasah kemampuan dalam elaborasi seluruh aspek-aspek nilai yang bersumber dari pengalaman seperti nasionalisme.[]

Penulis: Arifudin, Direktur Lembaga Pengkajian dan Pendidikan Pancasila (LP3)

Publisher: Yusrif Aryansyah

Terima kasih