
Bersama Remaja SMA di Pulau Siompu
TEGAS.CO, NUSANTARA – Masa remaja adalah tahap penting dalam kehidupan, di mana individu mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan.
Menurut WHO, 1 dari 7 anak berusia 10–19 tahun mengalami masalah kesehatan mental, dengan depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku sebagai penyebab utama.
Data WHO menyatakan prevalensi gangguan mental di Indonesia mencapai 9,8% pada tahun 2021, dengan angka depresi mencapai 6,6%.
Di Indonesia, survei I-NAMHS (2022) mencatat bahwa 34,8% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Sayangnya, stigma masih menghambat banyak remaja untuk mencari bantuan dan tekanan dari lingkungan dapat meningkatkan risiko gangguan Kesehatan mental.
Remaja perlu memahami kondisi kesehatan mental mereka, karena hal ini sangat berpengaruh dalam menjalani kehidupannya.
Perubahan suasana hati yang drastis, perasaan putus asa, serta ketidakpercayaan terhadap orang lain bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang mengalami masalah kesehatan mental.
Kondisi ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, interaksi sosial, dan moralitas.
Hal ini diungkapkan dr. Josephine W.P Jawak. Menurutnya beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental remaja masa kini adalah:
- Tekanan Sosial dan media.
Dapat membuat remaja membuat perbandingan terhadap dirinya dan menurunkan rasa percaya diri sehingga dapat menimbulkan kecemasan dan depresi - Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama yang didapatkan remaja sedari kecil. Pola asuh yang terlalu ketat ataupun terlalu bebas dapat meningkatkan reisiko gangguan mental maupun kenakalan pada usia remaja. Konflik dalam keluarga yang tidak terselesaikan dengan baik dapat memicu dtres dan kecemasan pada remaja. Begitupun ketidakhadiran peran orangtua dalam perkembangan emosional remaja juga daoat menjadi factor yang memperburuk kondisi mental remaja. - Bullying dan kekerasan
Segala bentuk perundungan baik secara langsung maupun daring dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebab trauma emosional seperti hilangnya rasa percaya diri dan kecemasan social - Kesehatan Fisik dan Gaya Hidup
Pikiran dan tubuh kita sangat berhubungan. Kesehatan fisik berpengaruh terhadap kesehatan mental. Demikian pula sebaliknya. Makanlah makanan yang mengandung nutrisi lengkap dan seimbang. Minumlah cukup air putih untuk menjaga kadar air dalam tubuh, termasuk otak. Berolahraga telah terbukti membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan, selain tentunya membantu menjaga kesehatan fisik. Berolahraga di luar ruangan sangat disarankan karena dengan begitu, Anda juga bisa mendapatkan udara segar yang ideal. Berolahraga minimal 30 menit per hari sudah cukup. Pastikan Anda juga cukup tidur di jam yang teratur. Kualitas tidur yang baik dapat memperbaiki kesehatan mental dan membuat Anda lebih fokus saat bangun. - Tekanan Akademik. Tekanan akademik yang berlebihan serta tuntutan beprestasi dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, bahkan bunuh diri dikalangan remaja.
Gejala gangguan kesehatan mental sering kali diabaikan karena dianggap sebagai bentuk perubahan yang normal dimasa pubertas.
Padalah jika tidak ditangani dengan baik sejak dini, tanda maupun gejala bisa bertambah parah yang bisa berujung pada perilaku menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Berikut tanda-tanda masalah Kesehatan mental pada remaja yang harus diwaspadai oleh orangtua dan kerabat sekitarnya:
- Kesulitan mengendalikan emosi
Pada umumnya remaja mengalami kesulitan mengelola emosinya. Ia menjadi lebih sensitive, bisa marah meledak-ledak atau merasa sedih berlebihan tanpa alas an yang jelas. - Mengalami Perubahan Perilaku
Jika anak remaja tiba-tiba mudah tersinggung, mengamuk, memberontak atau berperilaku seperti anak kecil, bisa saja ini merupakan tanda-tanda masalah kesehatan mental. Ia mungkin juga kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa ia lakukan, seperti pergi ke sekolah atau bermain bersama teman. - Menarik diri dari lingkungan social
Tanda gangguan kesehatan mental lainnya adalah anak akan merasa cemas berlebihan saat berada di antara orang lain, dan takut terhadap penolakan, sehingga cenderung menarik diri dan menghindar dari keramaian. - Kehilangan rsa percaya diri
Gangguan Kesehatan mental juga dapat membuat anak remaja merasa tidak berharga dan menyalahkan dirinya sendiri. Untuk mengembalikan rasa percaya dirinya tidak sedikit remaja melampiaskan dengan perilaku yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang. - Prestasi menurun
Hilangnya minat dan semangat untuk sekolah dan aktivitas lainnya dapat mengganggu kemampuan dalam belajar. Ini dapat menyebabkan kelemahan dalam kognitifnya seperti berpikir, mengingat dan memecahkan masalah sehingga prestasi di sekolah menurun. - Gangguan makan dan tidur
Remaja yang terganggu Kesehatan mentalnya dapat mengalami perubahan pola tidur seperti susah tidur atau sebaliknya tidur yang berlebihan. Kebiasaan makan pun bisa berubah seperti kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan sehingga berpotensi mengalami obesitas - Gangguan fisik
Beberapa keluhan fisik yang bisa ditimbulkan oleh gangguan Kesehatan mental adalah nyeri kepala, nyeri otot, nyeri perut, nyeri punggung, tidak bersemangat dan bertenaga.
Sehingga perlu upaya pencegahan dan solusi dalam mengatasi masalah kesehatan mental pada remaja yang diperlukan peran aktif berbagai pihak yaitu keluarga, sekolah dan pemerintah. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
- Mengenali penyebab msalah
Dengan mengetahui penyebab stres atau emosi yang dirasakannya, remaja dapat membuat keputusan dan tindakan yang tepat, seperti mencari bantuan atau konseling, mengakhiri hubungan dengan orang yang menjadi sumber perasaan negatif, atau menetapkan batasan bagi diri sendiri. - Self Care
Merawat diri, beristirahat cukup dan melakukan relaksasi seperti yoga dan menditasi dapat membantu remaja membangun pikiran positif dan kepercayaan diri, serta memaafkan orang atau hal-hal yang menyakitinya. - Melakukan Aktivitas yang disukai atau hobi
Bermain dengan hewan peliharaan, traveling ke tempat-tempat baru, masak makanan yang disukai, atau berkebun dapat mengalihkan pikiran dari hal-hal negatif, serta membantu remaja lebih mencintai diri dan hal-hal di sekitarnya.
Menekuni hobi seperti melukis, menari atau bermain musik juga dapat membantu remaja mengekspresikan diri dan perasaannya. - Olahraga
Olahraga, utamanya di luar ruangan seperti bersepeda, jogging, berenang, atau yoga dapat membantu membuat perasaan lebih rileks dan nyaman. - Teman bicara
Memiliki teman bicara yang baik dan dapat dipercaya seperti orang tua, saudara maupun sahabat diyakini dapat meringankan separuh beban yang di pikul, karena mereka bisa mendengarkan keluh kesah, menemani dan mendukung di saat sulit, serta memberi perspektif baru pada permasalahan dan beban pikiran. Juga menjauhkan remaja dari risiko depresi, pikiran-pikiran negative yang berujung pada tindakan menyakiti diri dan bunuh diri - Meningkatkan Kesadaran Pentingnya Kesehatan Mental
Orang tua memainkan peranan penting dalam mendukung kesehatan mental anak remaja. Orang tua seharusnya menjadi orang pertama yang sadar, jika anak sedang mengalami gangguan kesehatan mental. Orang tua harus terlibat dalam kehidupan anak, serta terus menunjukkan cinta, kasih sayang dan perhatian pada mereka. Dorong komunikasi yang terbuka, agar anak berani menceritakan permasalahannya kepada orang tua dan menemukan jalan keluarnya bersama-sama. Beri pujian dan apresiasi atas pencapaian anak agar ia lebih percaya diri. - Hindari bahaya Self Diagnosis
Seringkali rasa malu dan takut terhadap stigma buruk yang akan diterima dari keluarga dan orang-orang lain, membuat remaja memilih untuk mencari informasi sendiri dan melakukan self diagnosis. Apalagi remaja memiliki akses yang luas terhadap internet dan media sosial, sehingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan banyak informasi dari banyak sumber. Waspada bahaya self diagnosis, karena bisa membuat diagnosa atau analisa yang dilakukan keliru dan tidak tepat. Sebaliknya, jika meminta bantuan tenaga kesehatan profesional, Anda akan mendapatkan diagnosis yang tepat, serta pengelolaan dan penanganan kesehatan mental terbaik bagi kondisi yang sedang di alami.
WHO mengatakan “There is no health without mental health”. Janganlah segan membicarakan masalah kesehatan mental, serta mencari bantuan jika melihat atau mengalami gangguan kesehatan mental. Keterbukaan merupakan kunci untuk mengatasi masalah kesehatan mental remaja secara lebih cepat.
Komentar