Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Berita UtamaOpini

Tuduhan Salah Alamat, Bahasa Arab Bukan Bahasa Teroris

783
×

Tuduhan Salah Alamat, Bahasa Arab Bukan Bahasa Teroris

Sebarkan artikel ini
Dhevy Hakim

TEGAS.CO,. NUSANTARA – “Tidak ada asap jika tidak ada api.” Begitulah peribahasa yang menggambarkan adanya reaksi keras dari kaum muslimin. Tidak sekali dua kali, kaum muslimin dibuat marah karena ada bagian ajaran Islam yang agung dinistakan. Ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin tentu tidak mungkin mengajarkan kepada pemeluknya untuk marah-marah jika tanpa sebab yang dibenarkan.

Jika beberapa waktu lalu disudutkan dengan perkara jilbab, jenggot dan celana cingkrang dengan stigma negatif, ditambah propaganda profil good looking. Namun, baru-baru ini mencoba memberikan stigma negatif melalui bahasa Arab. Seorang pakar pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menyinggung bahasa Arab dalam pemaparannya mengenai terorisme di Indonesia.

Dari data yang diperoleh Susan, ia memaparkan ciri-ciri sekolah dan guru yang mulai mengarah pada muslim di Taliban atau terpapar radikalisme. Ciri-ciri yang disebutkan seperti tidak mau menghafal nama-nama menteri dan parpol, memperbanyak belajar bahasa Arab, melupakan bahasa Indonesia sampai dikatakan tidak mau hormat pada bendera.

Tentu saja pernyataan pakar itu langsung mendapatkan reaksi keras dari tokoh dan kaum muslimin pada umumnya. Pasalnya pernyataan jelas-jelas merupakan ujaran provokatif dan tendensius. Salah satu yang merespon keras adalah Ketua Majelis Ulama (MUI) Pusat Kiai Muhammad Cholil Nafis. Beliau menyebut Susaningtyas lebih tepat disebut sebagai penyesat daripada pengamat. Menurut Kiai Cholil Nafis kuat dugaan Susan tidak pernah belajar bahasa Arab sehingga tidak paham dan mengaitkan dengan teroris.

Tokoh lain yang memberikan kritikan yakni datang dari Ketua PP Muhammdiyah Dadang Kahmad. Beliau menyampaikan bahwasanya pernyataan Susaningtya termasuk kategori islamofobia. Pernyataan pengamat intelijen tersebut dianggap tidak logis dan cenderung menebar ujaran kebencian (hate speech) terhadap umat Islam, khususnya para santri, siswa, mahasiswa, guru, kiai, dan dosen bahasa Arab se-Indonesia. (Republika.co.id, 9/9/2021)

Bahasa Arab = Bahasa Quran

Tentu saja tuduhan itu menjadi tuduhan yang salah alamat. Bagi seorang muslim, sedari kecil mempelajari Al Qur’an jelas saja mengerti jika bahasa yang ada di dalam Al Qur’an memakai bahasa Arab. Mengatakan orang yang belajar bahasa Arab terindikasi terorisme sama saja menuduh bahasa Al Qur’an sebagai bahasanya teroris.

Padahal jelas bagi seorang muslim sebagaimana yang Allah firmankan dalam QS Al-Baqarah ayat 2, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”, kedudukan Al Qur’an sebagai petunjuk. Oleh karenanya wajib bagi setiap muslim untuk memahami isi yang terkandung dalam Al Qur’an. Sedangkan dalam proses memahami isi Al Qur’an, mau tidak mau sejatinya harus bisa bahasa Arab.

Sebagaimana Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata, “Wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab dengan sekuat tenaga agar bisa menjalankan yang wajib.” Jadi, mempelajari bahasa Arab itu memang wajib bagi seorang muslim.

Bahasa Arab jelas bahasanya Al Qur’an, bukan bahasanya teroris. Pernyataan mengenai orang yang belajar bahasa Arab terindikasi teroris jelas sekali pernyataan yang tidak berdasar bahkan masuk pada tuduhan yang menistakan agama Islam. Sekalipun perkataan yang Bu Susan kemukakan diklaim berdasarkan data, semestinya sebagai seorang intelektual yang juga beragama Islam tidak gegabah mengatakan di muka publik.

Episode Lanjutan WoT

Sudah jamak diketahui publik bahwa pasca tragedi WTC 9/11, Amerika menaruh perang pada teroris. Propaganda terus menerus dilakukan hingga sekarang. Kerapuhan Amerika sebagai negara adidaya berusaha ditutupi dengan agenda perang melawan terorisme

Hingga Amerika pun lewat Presiden Bush saat itu membuat empat kebijakan dalam counterterrorism. Adapun keempat kebijakan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama tidak ada konsesi untuk teroris dan tidak masalah untuk menyerang. Kedua membawa teroris ke pengadilan atas kejahatan mereka. Ketiga mengisolasi dan menerapkan tekanan pada negara-negara yang mensponsori terorisme untuk memaksa mereka untuk mengubah perilaku mereka. Keempat meningkatkan kemampuan kontra teroris dari negara-negara yang bekerja sama dengan AS dan yang memerlukan bantuan. (U.S Department of State, 2004)

Oleh karenanya tak heran Amerika atas nama polisi dunia terus menerus melakukan intervensi ke semua negara dengan dalih memerangi terorisme. Padahal sejatinya yang dibidik adalah Islam. Barat hanya ingin memastikan ideologi Islam tidak akan bangkit karena jika Islam kembali ditegakkan akan menjadi ancaman sistem kapitalisme. Notabene saat ini Amerika-lah sebagai nahkoda dari sistem kapitalisme demokrasi.

Tidak mengherankan tuduhan demi tuduhan, stigma negatif dengan labelisasi yang mengarah pada Islam terus dilakukan. Jika dulu terang-terangan melalui War on Terorisme (WoT) mungkin dianggap tidak mempan. Alih-alih publik takut sama Islam justru di Barat banyak yang berbondong-bondong masuk Islam. Kini, serangan itu dirubah agak halus dengan War on Radikalisme dan terbaru War on Ekstrimisme. Namun, kaum muslimin tidak perlu takut dengan propaganda episode lanjutan WoT tersebut. Segala tuduhan malah akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Karena segala macam tuduhan mereka nyata-nyata salah alamat. Lebih dari itu justru sebaliknya menunjukkan kekuatan kaum muslimin.

Ya, betapa Islam memiliki kekuatan yang sangat besar. Hanya dari bahasa Arab saja sudah membuat musuh-musuh Islam khawatir dan ketakutan. Apalagi jika sejarah ditegakkannya Islam selama 13 abad yakni dengan adanya khilafah kembali terulang. Maka, jelas peradaban barat dengan penopangnya sistem kapitalisme pasti akan hancur, tergantikan dengan sistem Islam yang rahmatan Lil ‘alamin.

Insyaallah, kemenangan kaum muslimin sebentar lagi menjadi kenyataan. Tinggal menunggu pertolongan dari Allah SWT dari arah yang tidak sangka-sangka. Sejatinya kemenangan itu telah dijanjikan oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-Fath ayat 28, “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.”
Wallahu a’lamu.

Penulis: Dhevy Hakim

Editor: Yusrif

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos