Example floating
Example floating
Iklan ramadhan 2024 arkam
Opini

Perkawinan antara DUDI dan Lembaga Pendidikan untuk Siapa

1237
×

Perkawinan antara DUDI dan Lembaga Pendidikan untuk Siapa

Sebarkan artikel ini
Zulhilda Nurwulan (Relawan Opini Kendari

TEGAS.CO,. NUSANTARA – Lembaga pendidikan hari ini tidak lagi terbatas pada aktivitas pendidikan semata melainkan ada campur tangan industri yang menyasar lembaga pendidikan untuk kepentingannya

Dalam masalah ini, pendidikan vokasi menjadi target kerjasama antara lembaga pendidikan dan industri karena dianggap sangat sesuai dengan permintaan pasar. Sebagai bentuk nyata implementasi Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus melakukan penguatan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri (DU/DI). (Kemdikbud.go.id/2020)

Program kerjasama DUDI dan lembaga pendidikan merupakan program jangka panjang. Bahkan, untuk menjaga kelanggengan kerjasama ini dibuat kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Direktorat Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menandatangani dokumen perjanjian kerja sama (PKS) serentak antara dengan enam DUDI dan satu asosiasi. Tidak sekadar penandatanganan kerja sama, namun sekaligus menerapkan uji coba kurikulum baru dalam kemitraan tersebut.

Tercatat, tahun ini ada 5.554 SMK atau 70% SMK di tanah air yang menerapkan kurikulum baru yang dibangun sesuai dengan kebutuhan DUDI. Dana sebanyak 3.5 Trilyun pun digelontorkan untuk mendukung program ini. (medcom.id/25 Mei 2022)

Keterlibatan DUDI, Untungkan Diri Sendiri Rugikan Generasi

Terjunnya DUDI dalam lembaga pendidikan tentu menyimpan maksud khusus. Sebagai implementasi dari program “Indonesia Hebat” milik Jokowi, pada tahun 2045 ditargetkan Indonesia akan menjadi satu dari lima kekuatan ekonomi dunia dengan kualitas manusia yang unggul. (Antaranews/09 Mei 2019)

Mendukung langkah ini, pemerintah telah merinci program “Indonesia Hebat” ke dalam lima langkah prioritas pembangunan 2019-2024, diantaranya melanjutkan pembangunan infrastruktur, memperkuat SDM, mengundang investasi seluas-luasnya serta menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran.

Dari sini, keterlibatan DUDI dengan lembaga pendidikan ada kaitannya dengan memperkuat SDM. Olehnya itu, pemerintah memasifkan kerjasama industri dengan lembaga pendidikan vokasional. Terlebih, saat ini Indonesia tengah bersiap menghadapi era bonus demografi yang diperkirakan akan terjadi pada 2030 mendatang. Tentu, hal ini merupakan tantangan tersendiri. Pada saat itu, pertumbuhan penduduk mencapai 293 juta jiwa dan 70% diantaranya masuk dalam usia produktif. (Antaranews/2019)

Pada saat itu, lapangan pekerjaan makin sulit didapatkan karena semua orang berlomba-lomba mencari lapangan pekerjaan. Ditambah, persaingan tidak hanya terjadi pada tenaga kerja lokal melainkan juga dengan tenaga kerja asing. Terlebih, setelah pengesahan UU Ciptaker makin membuka peluang besar bagi tenaga kerja asing masuk memenuhi lapangan pekerjaan di tanah air. Apalagi kualitas tenaga kerja asing di atas rata-rata tenaga kerja lokal.

Situasi ini dijadikan peluang besar oleh DUDI untuk makin memasifkan langkah mereka meraup keuntungan dari tenaga kerja yang masih muda. Melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan vokasional, DUDI tidak perlu mengeluarkan dana besar untuk pelatihan khusus bagi tenaga kerja.

Pasalnya, di jenjang pendidikan vokasional sudah ada kurikulum yang mengatur tentang pembentukan skil bagi pelajar yang sesuai dengan jurusan yang diampuh pun dengan daerah tempat SMK berada agar siap dipakai di dunia industri pasca lulus dari bangku SMK.
Dilansir dari Gatra.com, Direktur Jendral Pendidikan Vokasi,Wikan Sakarinto menyampaikan bahwa sudah menjadi keharusan bahwa kurikulum atau mata pelajaran SMK disesuaikan dengan bidang ilmu apa yang menjadi kekuatan di SMK tersebut.

Apalagi jika sudah terbangun link and match dengan industri, otomatis materi pelajaran yang akan diberikan tentunya akan mempunyai ciri khas masing-masing.
Bagi sebagian kalangan hal ini tentu menjadi angin segar karena dipastikan angka pengangguran akan semakin berkurang.

Terlebih, dalam era yang serba digital tentu perkara sulit mendapat pekerjaan apa lagi dengan jenjang pendidikan yang rendah seperti lulusan SMA. Sayangnya, masyarakat seolah menutup mata dari penjajahan yang dilakukan oleh para pengusung maupun pegiat industri melalui program kerjasama ini. Tak banyak keuntungan yang didapat oleh para generasi melainkan hanya sebagian kecil. Namun, disisi lain pemahaman mereka telah tergerus pada ide materialisme yang hanya melihat dunia dengan kacamata materi. Sehingga, ilmu pengetahuan yang didapatkan di sekolah tidak lagi bermanfaat untuk kepentingan masyarakat melainkan hanya jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ini adalah penyakit serius.

Dengan demikian, pemahaman generasi mengenai keberhasilan perlu diperbaiki tidak terbatas pada materi belaka melainkan memanfaatkan ilmu yang telah mereka miliki untuk membantu masyarakat.

Generasi Butuh Sistem yang Benar

Realita generasi hari ini yang hanya memandang segala sesuatu dari kaca mata materi atau kapital adalah hasil dari penerapan sistem yang salah, kapitalis -sekuler. Sistem ini telah menjauhkan generasi dari hakikatnya sebagai manusia yang terbatas dan lemah pun dari fitrahnya sebagai makhluk yang beragama. Sehingga, manusia lupa terhadap Rabbnya yang Maha Sempurna.

Kungkungan kapitalis telah berhasil menjajah pemikiran ideologis para generasi muda hanya pada harta dunia. Sehingga, generasi muda menuntut ilmu semata untuk kebutuhan dunia saja. Padahal, sebagai makhluk ada potensi (akal) yang telah diberikan Allah bagi manusia untuk dipakai menilai dan memilih hal-hal baik agar tidak terjerumus pada tipu daya dunia.

Sistem kapitalisme adalah racun bagi generasi muda yang tengah mencari jati diri. Jika generasi muda dibiarkan terbawa arus kapitalis -sekuler ini akan menghasilkan generasi yang terjajah pemikiran sekuler terus-menerus. Sehingga, sebuah keharusan mengenalkan generasi muda pada sebuah sistem yang paripurna, bukan sekadar mengatur urusan sesama manusia melainkan hubungannya dengan penciptaNya.

Ialah Islam, sebuah sistem yang lahir dari Sang Khalik untuk diterapkan di bumi manusia. Islam menempatkan manusia pada posisi yang baik. Islam tidak hanya mengatur ranah ibadah melainkan seluruh lini kehidupan. Pada bidang pendidikan misalnya, kepemimpinan Islam akan menghasilkan SDM yang tidak hanya unggul dalam hal kemampuan bekerja melainkan akan menghasilkan SDM yang berakhlak Islam yang baik.

Visi pendidikan Islam tertuju pada keberhasilan metode yang diterapkan berbasis pada Islam. Hal ini akan menjadi ruh dan nyawa bagi proses pendidikan itu sendiri. Sistem pendidikan Islam akan melahirkan figur-figur pembelajar yang berjiwa pemimpin, tidak sekadar memiliki hard skill dan soft skill belaka. Sehingga, SDM yang dihasilkan memiliki jiwa problem solver untuk berbagai masalah kehidupan.

Namun, penerapan sistem seperti ini perlu dukungan penuh dari pemerintah. Seyogianya, pemerintah adalah pelaksana hukum. Sehingga, hanya pemerintah lah yang memiliki kekuatan untuk menerapkan sebuah sistem. Sebagai individu maupun masyarakat, tugas manusia adalah menyerukan kebenaran sistem Islam agar bisa diterima oleh pemerintah dan diterapkan sebagai sistem negara.

Sehingga, selama sistem ini belum diterapkan masih menjadi PR bagi seluruh umat manusia untuk terus mendakwahkan kebenaran Islam di tengah masyarakat. Lalu, mau tetap terjajah oleh kapitalis atau mau sejahtera dengan Islam?
Semua bergantung pada pilihan kita. Wallahu’alam.

Penulis: Zulhilda Nurwulan (Relawan Opini Kendari

Publisher: Yusrif

Terima kasih

error: Jangan copy kerjamu bos