
TEGAS.CO, KENDARI – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Dinas Pariwisata Sultra akan mengembangkan potensi desa wisata dengan menawarkan keaslian budaya hingga konsep petualangan di alam.
Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra Asrun Lio mengatakan bahwa pariwisata bukan hanya destinasi semata tetapi juga bagaimana mengembangkan potensi desa wisata dengan pendekatan menyeluruh dari segi sosial, budaya lingkungan, dan ekonomi.
“Sehingga pengembangan desa wisata ini bukan hanya berdampak di sektor pariwisata saja, tetapi juga ada sektor lain seperti ekonomi dan kesejahteraan karena menyangkut lapangan kerja baru,” kata Sekda saat menghadiri rapat koordinasi potensi desa wisata Sultra yang digelar di salah satu hotel setempat, Kamis (12/6/2025).
Sekda menyebutkan saat ini ada sekira 325 potensi desa wisata yang tersebar di beberapa daerah di Sultra dan banyak memiliki kriteria masing-masing mulai dari kebudayaan, lingkungan, wisata alam, dan pertanian.
Dengan beragam potensi desa wisata yang dimiliki tersebut, Sekda optimis bisa meningkatkan kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara ke Sultra.
“Beberapa desa wisata kita bahkan sudah masuk dalam nominasi dan mendapat penghargaan melalui Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) setiap tahun,” katanya.
Sekda mengatakan, Dinas Pariwisata Sultra akan terus mengembangkan potensi desa wisata sehingga semakin banyak desa yang masuk nominasi setiap tahunnya. Karena sudah ada beberapa desa wisata di Sultra masuk nominasi ADWI 2021, seperti Liya Togo di Wakatobi, 2022 ada Desa Sumbersari, dan Limbo Wolio. 2023 ada Desa Sani-sani dan 2024 Desa Labengki.
Tidak hanya itu, Sekda bilang bahwa Pemprov melalui Dinas Pariwisata Sultra akan memberikan dukungan dari regulasi termasuk lembaga pengelola wisata hingga pemandu yang bersertifikat.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata Sultra Belli mengatakan desa wisata di daerah ini memang banyak yang memiliki destinasi wisata alam dikarenakan tersebar di kepulauan.
Destinasi wisata alam yang ada di desa ini kata Belli, menjadi nilai jual jika dibandinglan desa-desa wisata di Pulau Jawa yang berbasis budaya, kuliner, dan pendidikan.
“Sehingga ini yang kami jaga akar eksistensi desa wisata itu tetap terjaga apalagi yang wisata alam di kepulauan,” katanya.
Redaksi
Komentar